MAKALAH
KELANGKAAN SUMBER DAYA AIR
(dalam rangka mengerjakan tugas mata kuliah
Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan, dosen pengampu Dr Amin Pujiati, S.E,
M.Si)
Disusun oleh :
Ana Syukriyah 7111412069
Ekonomi Pembangunan B 2012
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Air
merupakan unsur yang vital dalam kehidupan seseorang. Seseorang tidak dapat
bertahan hidup tanpa air, karena itulah air merupakan salah satu penopang hidup
bagi manusia. Ketersediaan air di dunia ini begitu melimpah ruah, namun yang
dapat dikonsumsi oleh manusia untuk keperluan air minum sangatlah sedikit. Dari
total jumlah air yang ada, hanya lima persen saja yang tersedia sebagai air
minum, sedangkan sisanya adalah air laut.
Indonesia
merupakan Negara yang kaya akan sumberdaya air dimana persediannya masih
mencapai 15.500 meter kubik per kapita per tahun, masih jauh diatas
ketersediaan air rata-rata dunia yang hanya 8000 meter kubik. Meskipun begitu
Indonesia sering kali mengalami kelangkaan air bersih. Memasuki musim kemarau,
beberapa daerah di Indonesia menjadi langganan
daerah yang mengalami kekeringan dan kelangkaan air. Seperti yang
terjadi di Dusun Nglakap, Desa Sambirejo,
Prambanan, Sleman masyarakat terpaksa
harus mengais air yang tertampung pada ceruk-ceruk tebing untuk memenuhi
kebutuhan air bersih. Hal ini dilakukan karena air sumur dan sumber air yang
sering digunakan warga sudah dalam keadaan kering. (kompas, 12 september 2014).
Selain
itu, kecenderungan yang terjadi sekarang ini adalah berkurangnya ketersediaan
air bersih itu dari hari ke hari. Semakin meningkatnya populasi, semakin besar
pula kebutuhan akan air minum. Sehingga ketersediaan air bersih pun semakin
berkurang. Kondisi ketersediaan air yang
terbatas diperparah dengan kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga
lingkungan. Akibatnya, tingkat pencemaran air oleh limbah cair ataupun padat
semakin tinggi. Daerah persediaan air pun rusak karena penebangan liar yang
terjadi di hutan-hutan dan daerah resapan air. Kondisi ini menjadi semakin
berat dengan adanya ancaman serius dari dampak perubahan iklim. Untuk itu
diperlukan sebuah kajian untuk menangani maslah krisis air yang terjadi.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat di
rumuskan beberapa masalah yaitu:
1.
Apa
penyebab kelangkaan air di Indonesia?
2.
Bagaimana
dampak kelangkaan air terhadap kegiatan ekonomi?
3.
Bagaimana
cara mengatasi kelangkaan sumber daya air yang ada ?
1.3
Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah
untuk
1.
Mengetahui
apa penyebab terjadinya kelangkaan air.
2.
Mengetahui
dampak kelangkaan air terhadap kegiatan ekonomi.
3.
Mengetahui
bagaimana cara mengatasi kelangkaan sumber daya air yang ada.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
2.1 Sumber
Daya Alam
Sumber Daya Alam adalah segala sesuatu
yang terdapat di alam dan di bawah permukaan bumi yang secara langsung ataupun
tidak langsung bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan umat
manusia.
Dalam ekonomi sumber daya
alam di bagi menjadi dua yaitu :
a.
SD. Alam yang dapat diperbarui (renewable
resources), dimana sumber daya alam ini memiliki kemampuan untuk
memperbarui baik secara alami maupun harus dengan campur tangan manusia.
b.
SD. Alam yang tidak dapat diperbarui (non
renewable resources), yaitu sumber daya alam yang tidak mempunyai kemampuan
memperbarui baik alami maupun oleh manusia. Misalnya berbagai macam tambang.
2.2 Air
Dalam
UU RI No.7 Tahun 2004 dan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907 Tahun 2002,
disebutkan beberapa pengertian terkait dengan air, yaitu sebagai berikut :
Sumber
daya air adalah air, dan daya air yang terkandung didalamnya. Air adalah semua
air yang terdapat pada diatas, ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam
pengertian ini air permukaan. Air Bersih (clean water) adalah air yang
digunakan untuk keperluan sehari-hariyang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan
dan dapat diminum apabila telah dimasak Air Minum (drinking water) adalah air
yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi
syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Air permukaan adalah semua air
yang terdapat pada permukaan tanah. Air tanah adalah air yang terdapat dalam
lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah. Sumber air adalah tempat
atau wadah air alami dan/atau buatan yang terdapat pada, diatas, ataupun di
bawah permukaan tanah
3.1 Kelangkaan
Menurut Lipsey, kelangkaan
dapat diartikan sebagai suatu kondisi dimana jumlah kebutuhan manusia yang
sangat tidak terbatas sementara sumber daya untuk memenuhi kebutuhan tersebut
sangat terbatas jumlahnya. Dengan singkat kata kelangkaan terjadi karena jumlah
kebutuhan lebih banyak dari jumlah barang dan jasa yang tersedia.
Pendekatan yang di gunakan dalam mengukur
kelangkaan di bagi menjadi dua yaitu biaya
produksi dan harga barang sumberdaya alam.
Kebenaran dari seluruh alat pengukur masih perlu dikaji bagaimana ketelitian
dari alat ukur tersebut. Pendekatan dengan biaya produksi, maupun scarcity rent
harus dikaji ulang mengingat kondisi pasar yang ada, khususnya apakah mekanisme
pasar dapat bekerja secara sempurna, tidak ada eksternalitas, dan tidak ada
campur tangan pemerintah. Pendekatan baik secara fisik
maupun secara ekonomis sama-sama memiliki kelemahan. Pendekatan secara fisik
tidak memiliki kepastian mengenai besarnya persediaan. Sedangkan pendekatan
secara ekonomis memiliki kelemahan yaitu bila mekanisme pasar tidak dapat
bekerja secara sempurna. Oleh karena itu masih sulit untuk memastikan kondisi
dari sumber daya alam itu, apakah masih melimpah atau sudah langka adanya .
BAB III
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
3.1 Gambaran Umum Dan Penyebab Kelangkaan Sumber
Daya Air
Air
merupakan kebutuhan pokok setiap makhluk hidup di bumi. Manusia tergantung pada
air bukan hanya memenuhi kebutuhan domestik rumah tangga melainkan juga untuk
kebutuhan – kebutuhan seperti kebutuhan
produksi, kebutuhan industri dan kebutuhan lainnya. Seiring berjalannya waktu,
meningkatnya jumlah populasi berbanding lurus pada meningkatnya kebutuhan akan
air, padahal menurut siklus hidrologi, jumlah air adalah tetap. Hal ini tentu
saja akan menimbulkan masalah di kemudian hari, yakni krisis air.
Menurut
Kodoati dan Sjarief (2010) Air merupakan sumber daya alam yang paling unik jika
dibandingkan dengan sumber daya lain karena sifatnya yang terbarukan dan
dinamis. Artinya sumber utama air yang berupa hujan akan selalu datang pada
musimnya sesuai dengan waktu. Namun, pada kondisi tertentu air bisa bersifat
tak terbarukan, misal pada kondisi geologi tertentu dimana proses perjalanan
air tanah memerlukan waktu ribuan tahun, sehingga bila pengambilan air tanah
dilakukan secara berlebihan, air akan habis (Kodoatie dan Roestam, 2010).
Air
merupakan sumber daya yang vital bagi kehidupan. Pada dasarnya air digunakan untuk
kegiatan sehari - hari seperti minum, mandi, memasak, maupun mencuci. Oleh karena
itu, ketersediaan air yang mencukupi sangat diprioritaskan baik di Perkotaan
dan Pedesaan. Ketersediaan air yang kurang mencukupi jika dibandingkan dengan kebutuhan
air bersih akan menimbulkan krisis dan kelangkaan air yang tentu saja menyulitkan
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dasarnya sehari -hari.
Setiap
kali memasuki musim kemarau panjang, beberapa daerah di Indonesia menjadi
langganan kekeringan. Sumber-sumber air
yang biasanya mereka gunakan seperti sungai, mata air berubah menjadi lahan
kering. PDAM yang biasanya mengaliri rumah-rumah penduduk pun mengecil bahkan
ada yang tidak mengalir. Akibatnya penduduk kesulitan untuk mendapatkan air
bersih. Kelangkaan air tidak hanya terjadi ketika musim kemarau, tetapi juga
terjadi pada masyarakat yang tinggal di perkotaan. Sebagian besar sumber air di
kota telah beralih fungsi menjadi tempat pembuangan sampah sehingga air yang ada tidak dapat
digunakan lagi. Hal yang sama juga terjadi di daerah kawasan industry, sebagian
besar sumber air tercemar oleh limbah industry yang tidak dilakukan penanganan
terlebih dahulu sehingga sangat membahayakan jika di konsumsi atau digunakan
untuk memenuhi kebutuhan air setiap hari.
Kelangkaan air bersih sangat meresahkan kehidupan manusia, karena manusia
tak akan mampu bertahan hidup bila tidak ada air bersih. Ada tiga faktor yang
menyebabkan kelangkaan air bersih. Tiga faktor penyebab kelangkaan air bersih
tersebut antara lain :
a.
Perilaku Manusia
Faktor utama krisis air adalah perilaku manusia guna
mencukupi kebutuhan hidup yaitu perubahan tata guna lahan untuk keperluan
mencari nafkah dan tempat tinggal. Sebagian besar masyarakat Indonesia,
menyediakan air minum secara mandiri, tetapi tidak tersedia cukup informasi
tepat guna hal hal yang terkait dengan persoalan air, terutama tentang konservasi
dan pentingnya menggunakan air secara bijak. Masyarakat masih menganggap air
sebagai benda sosial. Masyarakat pada umumnya tidak memahami prinsip
perlindungan sumber air minum tingkat rumah tangga, maupun untuk skala
lingkungan. Sedangkan sumber air baku (sungai), difungsikan berbagai
macam kegiatan sehari-hari, termasuk digunakan untuk mandi, cuci dan pembuangan
kotoran/sampah. Sebagian masyarakat masih menganggap bahwa air hanya urusan
pemerintah atau PDAM saja, sehingga tidak tergerak untuk mengatasi masalah air
minum secara bersama.
Pemanfaatan sumberdaya air bagi
kebutuhan umat manusia semakin hari semakin meningkat. Hal ini seirama dengan
pesatnya pertumbuhan penduduk di dunia, yang memberikan konsekuensi logis
terhadap upaya-upaya pemenuhan kebutuhan hidupnya. Disatu sisi kebutuhan akan
sumberdaya air semakin meningkat pesat dan disisi lain kerusakan dan pencemaran
sumberdaya air semakin meningkat pula sebagai implikasi industrialisasi dan
pertumbuhan populasi yang tidak disertai dengan penyebaran yang merata sehingga
menyebabkan masih tingginya jumlah orang yang belum terlayani fasilitas air
bersih dan sanitasi dasar.
b.
Kerusakan
Lingkungan
1.
Penggundulan Hutan
Kerusakan lingkungan yang makin parah akibat
penggundulan hutan merupakan penyebab utama kekeringan dan kelangkaan air bersih.
Kawasan hutan yang selama ini menjadi daerah tangkapan air (catchment area)
telah rusak karena penebangan liar. Laju kerusakan di semua wilayah sumber air
semakin cepat, baik karena penggundulan di hulu maupun pencemaran di sepanjang
DAS.
2. Global Warming
Pemanasan global
telah memicu peningkatan suhu bumi yang mengakibatkan melelehnya es di gunung
dan kutub, berkurangnya ketersediaan air, naiknya permukaan air laut dan dampak
buruk lainnya. Seiring dengan semakin panasnya permukaan bumi, tanah tempat di
mana air berada juga akan cepat mengalami penguapan untuk mempertahankan siklus
hidrologi. Air permukaan juga mengalami penguapan semakin cepat sedangkan
balok-balok salju yang dibutuhkan untuk pengisian kembali persediaan air tawar
justru semakin sedikit dan kecil. Ketika salju mencair tidak menurut musimnya
yang benar, maka yang terjadi bukanlah salju mencair dan mengisi air ke danau,
salju justru akan mengalami penguapan. Danau-danau itu sendiri akan menghadapi
masalahnya sendiri ketika airnya tidak lagi membeku. Air akan mengalami
penguapan yang jauh lebih lambat ketika permukaannya tertutup es, sehingga ada
lebih banyak air yang tersisa dan meresap ke dalam tanah. Ketika terjadi
pembekuan yang lebih sedikit, artinya semakin banyak air yang dilepaskan ke
atmosfir. Maka, ketika gletser yang tersisa dari zaman es mencair semua,
sungai-sungai akan kehilangan sumber air. Saat ini pencemaran air sungai, danau
dan air bawah tanah meningkat dengan pesat. Sumber pencemaran yang sangat besar
berasal dari manusia, dengan jumlah 2 milyar ton sampah per hari, dan diikuti
kemudian dengan sektor industri dan perstisida dan penyuburan pada pertanian.
Sehingga memunculkan prediksi bahwa separuh dari populasi di dunia akan
mengalami pencemaran sumber-sumber perairan dan juga penyakit berkaitan
dengannya. Kelangkaan air bersih disebabkan pula oleh pencemaran limbah di
sungai.
c.
Manajemen Pengelolaan Air yang Kurang Baik
1. Kurangnya koordinasi antara institusi terkait
Departemen Pekerjaan Umum bertanggung jawab terhadap
infrastruktur air, Departemen Dalam Negeri mengurusi pentarifan air, Departemen
Kehutanan bertanggung jawab terhadap konservasi sumber daya air, sedangkan
masalah kualitas air oleh Departemen Kesehatan. Banyaknya institusi yang
terlibat dan tumpang-tindihnya pengambilan kebijakan tentang air oleh berbagai
departemen yang ada ditambah lagi dengan kurangnya koordinasi antara institusi
tersebut menyebabkan kegagalan program pembangunan Indonesia di
sektor air.
2.
Buruknya Kinerja PAM/PDAM
Air minum perpipaan sebagai sistem pelayanan air
minum yang paling ideal hingga saat ini baru dapat dinikmati oleh sebagian
kecil masyarakat Indonesia. Sebagian besar PDAM mengalami kendala dalam
memberikan pelayanan yang baik akibat berbagai persoalan, baik aspek teknis (air baku,
unit pengolah dan jaringan distribusi yang sudah tua, tingkat kebocoran, dan
lain lain) maupun aspek non teknis (status kelembagaan PDAM, utang, sulitnya
menarik investasi swasta, pengelolaan yang tidak berprinsip kepengusahaan,
tarif tidak full cost recovery, dan lain lain). Biaya produksi tergantung dari
sumber air baku yang digunakan oleh PDAM. Namun secara umum biaya
produksi untuk sernua jenis air baku ternyata lebih tinggi daripada
tarif.
PDAM belum mandiri karena campur tangan pemilik (Pemda)
dalam manajemen dan keuangan, cukup membebani PDAM. Sumber daya manusia
pengelola PDAM umumnya kurang profesional sehingga menimbulkan inefisiensi
dalam manajemen. Dari segi keuangan, tarif air saat ini tidak bisa menutup
biaya operasi PDAM, sehingga PDAM mengalami defisit kas, dan tidak mampu lagi
menyelesaikan kewajibannya. PDAM masih mempunyai hutang jangka panjang yang
cukup besar dan tidak terdapat penyelesaian yang memuaskan.
3.2
Dampak Kelangkaan Sumber Daya Air
Terhadap Kegiatan Ekonomi
Krisis air bersih yang berkepanjangan menyebabkan dampak yang buruk pada
segala hal. Dalam masalah kekurangan air, negara-negara miskin paling banyak
merasakan dampaknya. Negara-negara ini membutuhkan air dalam jumlah besar untuk
bidang irigasi, domestik dan industri. Air adalah kebutuhan mendasar manusia,
tanpa air lingkungan akan kering dan manusia akan mati. Ada beberapa penyebab
merebaknya masalah krisis air ini, salah satunya kegagalan beberapa negara
untuk meregulasi, mengatur dan menjaga kelestarian air, selain itu juga
pertumbuhan populasi penduduk yang semakin meningkat. Penggunaan sumber air
bawah tanah yang tak terbatas juga memicu krisis air. Selama ini, manusia telah
memanfaatkan air sebagai satu-satunya “benda” yang tak dapat tergantikan oleh
benda lain. Namun usaha untuk penyediaan air bersih belum banyak dilakukan.
Masalah ketersediaan air bersih ini menimbulkan masalah yang pelik pada
sektor kesehatan. Di Indonesia terdapat empat dampak kesehatan besar disebabkan
oleh pengelolaan air dan sanitasi yang buruk, yakni diare, tipus, polio dan
cacingan.
Masalah air bersih yang memenuhi syarat
kesehatan tidak hanya dialami oleh masyarakat umum, tetapi juga sering dialami
oleh masyarakat industri khususnya industri kecil dan menengah yang bergerak di
dalam industri proses khususnya proses pengolahan makanan dan minuman serta
proses yang berhubungan dengan senyawa kimia. Masalah air bersih yang kurang
memenuhi syarat tersebut sangat berpengaruh terhadap kualitas produk. Sebagai
contoh di dalam industri makanan dan minuman jika air yang digunakan kurang
baik maka produk yang dihasilkan juga kurang baik, apalagi jika air yang
digunakan tidak steril maka produk yang dihasilkan dapat terkontaminasi oleh
mikroorganisme patogen yang mana dapat membayakan konsumen.
Tanpa air, tidak ada usaha kecil maupun industri global dapat
berfungsi. Peternakan dan agribisnis tidak dapat berproduksi. Kualitas
air yang buruk, akses yang terbatas atau tidak dapat diandalkan berarti masyarakat
harus mengeluarkan biaya yang lebih tinggi untuk semua bisnis. Kelangkaan air beresiko lebih
besar untuk kelangsungan hidup jangka panjang masyarakat dan dampak negatif
terhadap daya saing mereka. Hal ini juga berarti bahwa kemampuan
masyarakat untuk tumbuh dan menciptakan lapangan kerja menjadi rendah. Jika tidak dikelola dengan
baik, kelangkaan air secara langsung akan mempengaruhi kemampuan lokal untuk
tumbuh dan menciptakan lapangan kerja. Banyak perusahaan yang sudah
mempertimbangkan sumberdaya air ketika membuat keputusan tentang dimana mereka
akan menginvestasikan uangnya, para investor mempertimbangkan daerah yang
memliki resiko air terendah. Ketika sumber daya air yang tidak sehat atau tidak
dapat diandalkan, bisnis tidak dapat tumbuh dan tidak dapat mempekerjakan atau
mempertahankan tenaga kerja. Perdagangan lokal menderita, pendapatan
menurun.
Kurangnya infrastruktur air dan sanitasi yang layak mengkonstriksi
pertumbuhan ekonomi di mana pertumbuhan yang paling dibutuhkan. Sumber daya air merupakan aset
penting, dan secara efektif mengelola dan memanfaatkan air adalah tanggung
jawab ekonomi bersama bisnis dan industri, pertanian dan pabrik-pabrik,
individu dan masyarakat. Pengelolaan sumber daya air merupakan
kebutuhan mendesak dan berkembang. Solusi yang berarti dan
berdampak akan menentukan arah yang
tepat untuk pertumbuhan dan perkembangan di kota-kota di seluruh dunia.
3.3 Cara
Mengatasi Kelangkaan Sumber Daya Air
Begitu
pentingnya air bagi kehidupan manusia, maka kelangkaan air harus lah dicari
solusi untuk mengatasi kelangkaan tersebut. Ada beberapa solusi yang bisa di
ambil untuk menangani masalah kelangkaan air di Indonesia ini yaitu
a. Pembangunan
Infrastruktur dan Manajemen Pengelolaan Air
Penduduk
Indonesia yang sebagian besar adalah petani sudah pasti ketergantungan
keberadaan akan air sangat besar. Ketersediaan air yang cukup bagi petani akan
menjadikan penghasilan petani meningkat dan sudah pasti megurangi angka
kemiskinan. Konsep teoritis: air kita berlimpah, tanah kita subur pasti petani
kita juga makmur. Semua aspek kehidupan keluarga petani mulai dari pendidikan,
kesehatan dan kemudahan lainnya dengan sendirinya akan membaik kalau konsep
teoritis ini diimplementasikan dalam bentuk program fisik yang tepat sasaran.
Kalau kita perpikir secara nasional masa kini dan masa depan maka pembangunan
infrastruktur dan manajemen pengelolaan air semestinya selalu mendapat
prioritas utama dalam sektor pembangunan.
b. Potensi Cekungan Air Tanah
Potensi
air tanah sebagai salah satu sumber pasokan air bersih di Indonesia mencapai
sekitar 100 miliar m3 dan tersebar di seluruh daratan Indonesia. Potensi yang
cukup melimpah tersebut dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam
pemenuhan kebutuhan air bersih bagi masyarakat. Kepala Badan Geologi Departemen
ESDM, R Sukhyar (2009) memaparkan, saat ini Indonesia tercatat memiliki
cekungan air tanah (CAT) sebanyak 421 buah. Cekungan air tanah tersebut
meliputi 4 CAT lintas negara, 35 CAT lintas provinsi, 176 CAT lintas
kabupaten/kota, dan 206 CAT di dalam kabupaten/kota. Ketersediaan data dan informasi
keairtanahan, menurut R Sukhyar, merupakan hal mendasar yang diperlukan untuk
memahami kondisi air tanah guna menunjang perencanaan pendayagunaan air tanah
untuk mewujudkan pemanfaatan air tanah yang optimal dan berkelanjutan. Dalam
hal ini, Badan Geologi sebagai instansi pusat, memiliki peran penting untuk
pelaksanaan pendayagunaan air tanah, yaitu melakukan penelitian, penyelidikan,
rekayasa teknologi dan rancang bangun, dan pemetaan tematik air tanah.
Keberhasilan pelaksanaan pendayagunaan air tanah sangat ditentukan oleh
keterpaduan dan koordinasi dari para pemangku kepentingan.
c. Desalinasi Air Laut
Desalinasi air laut merupakan teknologi
canggih masa kini. Dimana teknologi ini merupakan teknologi pemisahan garam
dari air laut. Sehingga dapat dihasilkan air bersih yang dapat digunakan untuk
minum maupun memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat ang berada di pesisir
laut. Akan tetapi kelemahan dari penggunaan desalinasi air laut ini adalah
biaya yang dikeluarkan akan sangat tinggi.
d. Pemanenan Air Hujan (Rainwater
Harvesting)
Sistem pemanenan air hujan merupakan salah
satu alternatif dalam mengahdapi krisis air. Sistem ini merupakan sistem yang
sangat cocok diterapkan dikarenakan caranya tidak rumit, setiap rumah tangga
dapat mempraktekkan. Untuk setiap rumah tangga, prosesnya hanya dengan
menampung air hujan dari atap ataupun air hujan yang jatuh untuk kemudian air
tersebut dapat digunakan di saat musim kemarau. Berikut merupakan peralatan
yang dibutuhkan untuk memanen air hujan skala rumah tangga. Di samping proses pemanenan air hujan yang
dapat dilakukan di setiap rumah tangga masing – masing. Pemerintah dalam
hal ini juga dapat memanen air hujan dengan menambah embung atau tampungan air
hujan.
e. Konservasi sumber daya air
Untuk
menjaga agar sumber air tetap lestari dan tetap terjaga sampai anak cucu, maka
perlu diadakannya kegiatan konservasi
atau perlindungan dan pelestarian sumber daya air, kegiatan tersebut berupa:
1.
Pemeliharaan
kelangsungan fungsi resapan air dan daerah tangkapan air
2.
Pengendalian pemanfaat sumber air
3.
Pengaturan
prasarana dan sarana sanitasi
4.
Perlindungan sumber air dalam hubungannya dengan
kegiatan pembangunan dan pemanfaatan lahan pada sumber air
5.
Pengendalian pengolahan tanah di daerah hulu
6.
Rehabilitasi hutan dan lahan, dan atau
7.
Pelestarian hutan
lindung, kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam.
f. Reformasi Rekayasa dan Kekaryaan
PDAM
Mencermati begitu banyak masalah di tubuh PDAM, semestinyalah
ada reformasi rekayasa dan kekaryaan. Dua hal itu adalah penentu mutu
layanannya. Reformasi rekayasa perlu
dilakukan karena jumlah air kian susut dan mutunya memburuk. Air bakunya
kaya zat berbahaya-beracun. Terlebih lagi teknologi PDAM tidak mampu menangani
zat tersebut. Fokus PDAM hanya kualitas fisika dan bakteriologi. Sebagian kecil
di sektor kimiawi. Itu pun sebatas penurunan kadar besi, mangan dan kesadahan.
Banyak instalasinya yang tak berdaya mengolah senyawa kimia seperti pestisida
dan logam-logam berat. Padahal justru zat inilah yang banyak saat ini. Juga ada
titik lemah yang menyebabkan interpretasinya keliru (misleading) pada
monitoring air baku, yakni acuannya hanya parameter konvensional, tidak
mempertimbangkan parameter lainnya seperti logam berat dan pestisida. Jadi,
reformasi rekayasa tak bisa ditawar-tawar lagi. Aplikasi teknologi membran
adalah satu di antara beberapa solusinya walaupun mahal namun menguntungkan
dalam jangka panjang. Beberapa yang bisa diterapkan adalah reverse osmosis,
ultrafiltrasi, dan nanofiltrasi.
Di tingkat internal pun muncul konflik yang menyangkut
profesionalisme. Sampai kini PDAM dikelola oleh pemda setempat berupa BUMD
(Badan Usaha Milik Daerah) dan menjadi salah satu sumber pendapatan daerah.
Kepala daerah punya hak prerogatif dalam menyusun direksi dan jajarannya. Di
titik simpul inilah sering terjadi friksi berkaitan dengan posisi kunci,
sebagai decision maker dan menimbulkan ketegangan di tingkat elitenya.
Oleh karena itu, formula direksi dan jajarannya perlu direformasi agar warga
yakin bahwa PDAM memang institusi profesional berorientasi kerakyatan. Artinya,
ada figur familiar dalam bidang teknologi perairbersihan sebagai pengendalinya.
Termasuk unjuk etika profesional dalam bersaing bebas (free fight ethics)
dan tanpa main uang (money politics). Selain bervisi marketing, juga
wajib memahami rekayasa sistem pengolahan dan integritasnya telah teruji, bebas
moral hazard. Selain reformasi internal, ada cara lain untuk
meningkatkan profesionalitas sektor air bersih ini, yaitu penswastaan
(privatisasi).
Dengan adanya
upaya pengendalian
yang dilakukan secara meneluruh meliputi upaya pencegahan, penanggulangan dan
pemulihan. Perencanaan pengendalian daya rusak air disusun secara terpadu dan
menyeluruh dalam pola pengelolaan sumber daya air. Pengendalian yang melibatkan
peran serta aktif dari masyarakat dan pemerintah daerah serta pengelola sumber
daya air wilayah sungai dan masyarakat diharapkan masalah kelangkaan sumber
daya air dapat teratasi dan keberadaan sumberdaya air dapat tetap lestari dan
berkelanjutan.
BAB
IV
PENUTUP
4.1
Simpulan
1.
Air
merupakan sumber daya yang vital bagi kehidupan. Ketersediaan sumber daya air
bersih memang sedang dalam kondisi yang memprihatinkan.
2.
Penyebab kelangkaan air di Indonesia adalah perilaku
manusia terhadap lingkungan, kerusakan lingkungan, serta pengelolaan lingkungan
yang kurang baik.
3.
Dampak dari kelangkaan air bersih berupa dampak bagi
kesehatan yaitu timbulnya penyakit dan dampak ekonomi yaitu tanpa adanya air kegiatan
produksi terutama makanan tidak dapat beroperasi, menurunkan kualitas produk
serta menambah biaya untuk kegiatan usaha.
4.
Upaya untuk mengatasi masalah kelangkaan air
bersih adalah Pembangunan
Infrastruktur dan Manajemen Pengelolaan Air, Pemanenan Air Hujan (Rainwater Harvesting), Desalinasi Air
Laut, Konservasi sumber daya air, Potensi Cekungan
Air Tanah
4.2 Saran
1.
Masyarakat seharusnya mempunyai kesadaran yang
tinggi akan pengelolaan sumber daya air bersih secara optimal lestari.
2.
Pemerintah seharusnya bisa bekerja sama dengan
masyarakat terkait pada kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
DAFTAR
PUSTAKA
Amalia, Bunga Irada dan Agung
Sugiri. 2014. Ketersediaan Air Bersih Dan Perubahan Iklim: Studi Krisis Air Di
Kedungkarang Kabupaten Demak dalam jurnal Teknik PWK Volume 3 No 2 2014 hal.
295-302
Rohani.
2012.Buku Ajar Ekonomi Sumber Daya. Makasar: Lembaga Kajian Dan Pengembangan
Pendidikan Universitas Hasanudin
Thioritz,
Stevy.2010. Kajian Solusi Krisis Air Bersih di Indonesia. Mediatek volume 4, No 1 Mei 2010 hal 38-43
Kekeringan
air di prambanan. Di akses pada 17 september 2014 melalui http://regional.kompas.com/read/2014/09/12/15524721/Kekeringan.Warga.Prambanan.Mengais.Air.di.Ceruk.Tebing
0 comments:
Post a Comment