Powered by Blogger.
RSS

KELANGKAAN SUMBER DAYA AIR

MAKALAH
KELANGKAAN SUMBER DAYA AIR
(dalam rangka mengerjakan tugas mata kuliah Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan, dosen pengampu Dr Amin Pujiati, S.E, M.Si)



Disusun oleh :
Ana Syukriyah                      7111412069
Ekonomi Pembangunan B 2012




JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan unsur yang vital dalam kehidupan seseorang. Seseorang tidak dapat bertahan hidup tanpa air, karena itulah air merupakan salah satu penopang hidup bagi manusia. Ketersediaan air di dunia ini begitu melimpah ruah, namun yang dapat dikonsumsi oleh manusia untuk keperluan air minum sangatlah sedikit. Dari total jumlah air yang ada, hanya lima persen saja yang tersedia sebagai air minum, sedangkan sisanya adalah air laut.
Indonesia merupakan Negara yang kaya akan sumberdaya air dimana persediannya masih mencapai 15.500 meter kubik per kapita per tahun, masih jauh diatas ketersediaan air rata-rata dunia yang hanya 8000 meter kubik. Meskipun begitu Indonesia sering kali mengalami kelangkaan air bersih. Memasuki musim kemarau, beberapa daerah di Indonesia menjadi langganan  daerah yang mengalami kekeringan dan kelangkaan air. Seperti yang terjadi di Dusun Nglakap, Desa Sambirejo, Prambanan, Sleman masyarakat  terpaksa harus mengais air yang tertampung pada ceruk-ceruk tebing untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Hal ini dilakukan karena air sumur dan sumber air yang sering digunakan warga sudah dalam keadaan kering. (kompas, 12 september 2014).
Selain itu, kecenderungan yang terjadi sekarang ini adalah berkurangnya ketersediaan air bersih itu dari hari ke hari. Semakin meningkatnya populasi, semakin besar pula kebutuhan akan air minum. Sehingga ketersediaan air bersih pun semakin berkurang. Kondisi ketersediaan air yang terbatas diperparah dengan kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan. Akibatnya, tingkat pencemaran air oleh limbah cair ataupun padat semakin tinggi. Daerah persediaan air pun rusak karena penebangan liar yang terjadi di hutan-hutan dan daerah resapan air. Kondisi ini menjadi semakin berat dengan adanya ancaman serius dari dampak perubahan iklim. Untuk itu diperlukan sebuah kajian untuk menangani maslah krisis air yang terjadi.
1.2 Rumusan  Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat di rumuskan beberapa masalah yaitu:
1.      Apa penyebab kelangkaan air di Indonesia?
2.      Bagaimana dampak kelangkaan air terhadap kegiatan ekonomi?
3.      Bagaimana cara mengatasi kelangkaan sumber daya air yang ada ?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk
1.      Mengetahui apa penyebab terjadinya kelangkaan air.
2.      Mengetahui dampak kelangkaan air terhadap kegiatan ekonomi.
3.      Mengetahui bagaimana cara mengatasi kelangkaan sumber daya air yang ada.

















BAB II
LANDASAN TEORI
2.1    Sumber Daya Alam
Sumber Daya Alam adalah segala sesuatu yang terdapat di alam dan di bawah permukaan bumi yang secara langsung ataupun tidak langsung bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan umat manusia.
Dalam ekonomi sumber daya alam di bagi menjadi dua yaitu :
a.       SD. Alam yang dapat diperbarui (renewable resources), dimana sumber daya alam ini memiliki kemampuan untuk memperbarui baik secara alami maupun harus dengan campur tangan manusia.
b.      SD. Alam yang tidak dapat diperbarui (non renewable resources), yaitu sumber daya alam yang tidak mempunyai kemampuan memperbarui baik alami maupun oleh manusia. Misalnya berbagai macam tambang.
2.2  Air
Dalam UU RI No.7 Tahun 2004 dan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907 Tahun 2002, disebutkan beberapa pengertian terkait dengan air, yaitu sebagai berikut :
Sumber daya air adalah air, dan daya air yang terkandung didalamnya. Air adalah semua air yang terdapat pada diatas, ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan. Air Bersih (clean water) adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hariyang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak Air Minum (drinking water) adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Air permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah. Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah. Sumber air adalah tempat atau wadah air alami dan/atau buatan yang terdapat pada, diatas, ataupun di bawah permukaan tanah
3.1  Kelangkaan
Menurut Lipsey, kelangkaan dapat diartikan sebagai suatu kondisi dimana jumlah kebutuhan manusia yang sangat tidak terbatas sementara sumber daya untuk memenuhi kebutuhan tersebut sangat terbatas jumlahnya. Dengan singkat kata kelangkaan terjadi karena jumlah kebutuhan lebih banyak dari jumlah barang dan jasa yang tersedia.
Pendekatan yang di gunakan dalam mengukur kelangkaan di bagi menjadi dua yaitu biaya produksi dan harga barang sumberdaya alam. Kebenaran dari seluruh alat pengukur masih perlu dikaji bagaimana ketelitian dari alat ukur tersebut. Pendekatan dengan biaya produksi, maupun scarcity rent harus dikaji ulang mengingat kondisi pasar yang ada, khususnya apakah mekanisme pasar dapat bekerja secara sempurna, tidak ada eksternalitas, dan tidak ada campur tangan pemerintah. Pendekatan baik secara fisik maupun secara ekonomis sama-sama memiliki kelemahan. Pendekatan secara fisik tidak memiliki kepastian mengenai besarnya persediaan. Sedangkan pendekatan secara ekonomis memiliki kelemahan yaitu bila mekanisme pasar tidak dapat bekerja secara sempurna. Oleh karena itu masih sulit untuk memastikan kondisi dari sumber daya alam itu, apakah masih melimpah atau sudah langka adanya .



















BAB  III
PEMBAHASAN
3.1  Gambaran Umum Dan Penyebab Kelangkaan Sumber Daya Air
Air merupakan kebutuhan pokok setiap makhluk hidup di bumi. Manusia tergantung pada air bukan hanya memenuhi kebutuhan domestik rumah tangga melainkan juga untuk kebutuhan –  kebutuhan seperti kebutuhan produksi, kebutuhan industri dan kebutuhan lainnya. Seiring berjalannya waktu, meningkatnya jumlah populasi berbanding lurus pada meningkatnya kebutuhan akan air, padahal menurut siklus hidrologi, jumlah air adalah tetap. Hal ini tentu saja akan menimbulkan masalah di kemudian hari, yakni krisis air.
Menurut Kodoati dan Sjarief (2010) Air merupakan sumber daya alam yang paling unik jika dibandingkan dengan sumber daya lain karena sifatnya yang terbarukan dan dinamis. Artinya sumber utama air yang berupa hujan akan selalu datang pada musimnya sesuai dengan waktu. Namun, pada kondisi tertentu air bisa bersifat tak terbarukan, misal pada kondisi geologi tertentu dimana proses perjalanan air tanah memerlukan waktu ribuan tahun, sehingga bila pengambilan air tanah dilakukan secara berlebihan, air akan habis (Kodoatie dan Roestam, 2010).
Air merupakan sumber daya yang vital bagi kehidupan. Pada dasarnya air digunakan untuk kegiatan sehari - hari seperti minum, mandi, memasak, maupun mencuci. Oleh karena itu, ketersediaan air yang mencukupi sangat diprioritaskan baik di Perkotaan dan Pedesaan. Ketersediaan air yang kurang mencukupi jika dibandingkan dengan kebutuhan air bersih akan menimbulkan krisis dan kelangkaan air yang tentu saja menyulitkan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dasarnya sehari -hari.
Setiap kali memasuki musim kemarau panjang, beberapa daerah di Indonesia menjadi langganan  kekeringan. Sumber-sumber air yang biasanya mereka gunakan seperti sungai, mata air berubah menjadi lahan kering. PDAM yang biasanya mengaliri rumah-rumah penduduk pun mengecil bahkan ada yang tidak mengalir. Akibatnya penduduk kesulitan untuk mendapatkan air bersih. Kelangkaan air tidak hanya terjadi ketika musim kemarau, tetapi juga terjadi pada masyarakat yang tinggal di perkotaan. Sebagian besar sumber air di kota telah beralih fungsi menjadi tempat pembuangan  sampah sehingga air yang ada tidak dapat digunakan lagi. Hal yang sama juga terjadi di daerah kawasan industry, sebagian besar sumber air tercemar oleh limbah industry yang tidak dilakukan penanganan terlebih dahulu sehingga sangat membahayakan jika di konsumsi atau digunakan untuk memenuhi kebutuhan air setiap hari.
Kelangkaan air bersih sangat meresahkan kehidupan manusia, karena manusia tak akan mampu bertahan hidup bila tidak ada air bersih. Ada tiga faktor yang menyebabkan kelangkaan air bersih. Tiga faktor penyebab kelangkaan air bersih tersebut antara lain :
a.              Perilaku Manusia
Faktor utama krisis air adalah perilaku manusia guna mencukupi kebutuhan hidup yaitu perubahan tata guna lahan untuk keperluan mencari nafkah dan tempat tinggal. Sebagian besar masyarakat Indonesia, menyediakan air minum secara mandiri, tetapi tidak tersedia cukup informasi tepat guna hal hal yang terkait dengan persoalan air, terutama tentang konservasi dan pentingnya menggunakan air secara bijak. Masyarakat masih menganggap air sebagai benda sosial. Masyarakat pada umumnya tidak memahami prinsip perlindungan sumber air minum tingkat rumah tangga, maupun untuk skala lingkungan. Sedangkan sumber air baku (sungai), difungsikan berbagai macam kegiatan sehari-hari, termasuk digunakan untuk mandi, cuci dan pembuangan kotoran/sampah. Sebagian masyarakat masih menganggap bahwa air hanya urusan pemerintah atau PDAM saja, sehingga tidak tergerak untuk mengatasi masalah air minum secara bersama.
Pemanfaatan sumberdaya air bagi kebutuhan umat manusia semakin hari semakin meningkat. Hal ini seirama dengan pesatnya pertumbuhan penduduk di dunia, yang memberikan konsekuensi logis terhadap upaya-upaya pemenuhan kebutuhan hidupnya. Disatu sisi kebutuhan akan sumberdaya air semakin meningkat pesat dan disisi lain kerusakan dan pencemaran sumberdaya air semakin meningkat pula sebagai implikasi industrialisasi dan pertumbuhan populasi yang tidak disertai dengan penyebaran yang merata sehingga menyebabkan masih tingginya jumlah orang yang belum terlayani fasilitas air bersih dan sanitasi dasar.
b.             Kerusakan Lingkungan
1.  Penggundulan Hutan
Kerusakan lingkungan yang makin parah akibat penggundulan hutan merupakan penyebab utama kekeringan dan kelangkaan air bersih. Kawasan hutan yang selama ini menjadi daerah tangkapan air (catchment area) telah rusak karena penebangan liar. Laju kerusakan di semua wilayah sumber air semakin cepat, baik karena penggundulan di hulu maupun pencemaran di sepanjang DAS.
2.  Global Warming
Pemanasan global telah memicu peningkatan suhu bumi yang mengakibatkan melelehnya es di gunung dan kutub, berkurangnya ketersediaan air, naiknya permukaan air laut dan dampak buruk lainnya. Seiring dengan semakin panasnya permukaan bumi, tanah tempat di mana air berada juga akan cepat mengalami penguapan untuk mempertahankan siklus hidrologi. Air permukaan juga mengalami penguapan semakin cepat sedangkan balok-balok salju yang dibutuhkan untuk pengisian kembali persediaan air tawar justru semakin sedikit dan kecil. Ketika salju mencair tidak menurut musimnya yang benar, maka yang terjadi bukanlah salju mencair dan mengisi air ke danau, salju justru akan mengalami penguapan. Danau-danau itu sendiri akan menghadapi masalahnya sendiri ketika airnya tidak lagi membeku. Air akan mengalami penguapan yang jauh lebih lambat ketika permukaannya tertutup es, sehingga ada lebih banyak air yang tersisa dan meresap ke dalam tanah. Ketika terjadi pembekuan yang lebih sedikit, artinya semakin banyak air yang dilepaskan ke atmosfir. Maka, ketika gletser yang tersisa dari zaman es mencair semua, sungai-sungai akan kehilangan sumber air. Saat ini pencemaran air sungai, danau dan air bawah tanah meningkat dengan pesat. Sumber pencemaran yang sangat besar berasal dari manusia, dengan jumlah 2 milyar ton sampah per hari, dan diikuti kemudian dengan sektor industri dan perstisida dan penyuburan pada pertanian. Sehingga memunculkan prediksi bahwa separuh dari populasi di dunia akan mengalami pencemaran sumber-sumber perairan dan juga penyakit berkaitan dengannya. Kelangkaan air bersih disebabkan pula oleh pencemaran limbah di sungai.
c.              Manajemen Pengelolaan Air yang Kurang Baik
1. Kurangnya koordinasi antara institusi terkait
Departemen Pekerjaan Umum bertanggung jawab terhadap infrastruktur air, Departemen Dalam Negeri mengurusi pentarifan air, Departemen Kehutanan bertanggung jawab terhadap konservasi sumber daya air, sedangkan masalah kualitas air oleh Departemen Kesehatan. Banyaknya institusi yang terlibat dan tumpang-tindihnya pengambilan kebijakan tentang air oleh berbagai departemen yang ada ditambah lagi dengan kurangnya koordinasi antara institusi tersebut menyebabkan kegagalan program pembangunan Indonesia di sektor air.

2. Buruknya Kinerja PAM/PDAM
Air minum perpipaan sebagai sistem pelayanan air minum yang paling ideal hingga saat ini baru dapat dinikmati oleh sebagian kecil masyarakat Indonesia. Sebagian besar PDAM mengalami kendala dalam memberikan pelayanan yang baik akibat berbagai persoalan, baik aspek teknis (air baku, unit pengolah dan jaringan distribusi yang sudah tua, tingkat kebocoran, dan lain lain) maupun aspek non teknis (status kelembagaan PDAM, utang, sulitnya menarik investasi swasta, pengelolaan yang tidak berprinsip kepengusahaan, tarif tidak full cost recovery, dan lain lain). Biaya produksi tergantung dari sumber air baku yang digunakan oleh PDAM. Namun secara umum biaya produksi untuk sernua jenis air baku ternyata lebih tinggi daripada tarif.
PDAM belum mandiri karena campur tangan pemilik (Pemda) dalam manajemen dan keuangan, cukup membebani PDAM. Sumber daya manusia pengelola PDAM umumnya kurang profesional sehingga menimbulkan inefisiensi dalam manajemen. Dari segi keuangan, tarif air saat ini tidak bisa menutup biaya operasi PDAM, sehingga PDAM mengalami defisit kas, dan tidak mampu lagi menyelesaikan kewajibannya. PDAM masih mempunyai hutang jangka panjang yang cukup besar dan tidak terdapat penyelesaian yang memuaskan.

3.2  Dampak Kelangkaan Sumber Daya Air   Terhadap Kegiatan Ekonomi
Krisis air bersih yang berkepanjangan menyebabkan dampak yang buruk pada segala hal. Dalam masalah kekurangan air, negara-negara miskin paling banyak merasakan dampaknya. Negara-negara ini membutuhkan air dalam jumlah besar untuk bidang irigasi, domestik dan industri. Air adalah kebutuhan mendasar manusia, tanpa air lingkungan akan kering dan manusia akan mati. Ada beberapa penyebab merebaknya masalah krisis air ini, salah satunya kegagalan beberapa negara untuk meregulasi, mengatur dan menjaga kelestarian air, selain itu juga pertumbuhan populasi penduduk yang semakin meningkat. Penggunaan sumber air bawah tanah yang tak terbatas juga memicu krisis air. Selama ini, manusia telah memanfaatkan air sebagai satu-satunya “benda” yang tak dapat tergantikan oleh benda lain. Namun usaha untuk penyediaan air bersih belum banyak dilakukan.
Masalah ketersediaan air bersih ini menimbulkan masalah yang pelik pada sektor kesehatan. Di Indonesia terdapat empat dampak kesehatan besar disebabkan oleh pengelolaan air dan sanitasi yang buruk, yakni diare, tipus, polio dan cacingan.
Masalah air bersih yang memenuhi syarat kesehatan tidak hanya dialami oleh masyarakat umum, tetapi juga sering dialami oleh masyarakat industri khususnya industri kecil dan menengah yang bergerak di dalam industri proses khususnya proses pengolahan makanan dan minuman serta proses yang berhubungan dengan senyawa kimia. Masalah air bersih yang kurang memenuhi syarat tersebut sangat berpengaruh terhadap kualitas produk. Sebagai contoh di dalam industri makanan dan minuman jika air yang digunakan kurang baik maka produk yang dihasilkan juga kurang baik, apalagi jika air yang digunakan tidak steril maka produk yang dihasilkan dapat terkontaminasi oleh mikroorganisme patogen yang mana dapat membayakan konsumen.
Tanpa air, tidak ada usaha kecil maupun industri global dapat berfungsi.  Peternakan dan  agribisnis tidak dapat berproduksi. Kualitas air yang buruk, akses yang terbatas atau tidak dapat diandalkan berarti masyarakat harus mengeluarkan biaya yang lebih tinggi untuk semua bisnis. Kelangkaan air beresiko lebih besar untuk kelangsungan hidup jangka panjang masyarakat dan dampak negatif terhadap daya saing mereka. Hal ini juga berarti bahwa kemampuan masyarakat untuk tumbuh dan menciptakan lapangan kerja menjadi rendah.  Jika tidak dikelola dengan baik, kelangkaan air secara langsung akan mempengaruhi kemampuan lokal untuk tumbuh dan menciptakan lapangan kerja. Banyak perusahaan yang sudah mempertimbangkan sumberdaya air ketika membuat keputusan tentang dimana mereka akan menginvestasikan uangnya, para investor mempertimbangkan daerah yang memliki resiko air terendah. Ketika sumber daya air yang tidak sehat atau tidak dapat diandalkan, bisnis tidak dapat tumbuh dan tidak dapat mempekerjakan atau mempertahankan tenaga kerja. Perdagangan lokal menderita, pendapatan menurun.
Kurangnya infrastruktur air dan sanitasi yang layak mengkonstriksi pertumbuhan ekonomi di mana pertumbuhan yang paling dibutuhkan. Sumber daya air merupakan aset penting, dan secara efektif mengelola dan memanfaatkan air adalah tanggung jawab ekonomi bersama bisnis dan industri, pertanian dan pabrik-pabrik, individu dan masyarakat. Pengelolaan sumber daya air merupakan kebutuhan mendesak dan berkembang. Solusi yang berarti dan berdampak akan  menentukan arah yang tepat untuk pertumbuhan dan perkembangan di kota-kota di seluruh dunia.
3.3  Cara Mengatasi Kelangkaan Sumber Daya Air
Begitu pentingnya air bagi kehidupan manusia, maka kelangkaan air harus lah dicari solusi untuk mengatasi kelangkaan tersebut. Ada beberapa solusi yang bisa di ambil untuk menangani masalah kelangkaan air di Indonesia ini yaitu
a.  Pembangunan Infrastruktur dan Manajemen Pengelolaan Air
Penduduk Indonesia yang sebagian besar adalah petani sudah pasti ketergantungan keberadaan akan air sangat besar. Ketersediaan air yang cukup bagi petani akan menjadikan penghasilan petani meningkat dan sudah pasti megurangi angka kemiskinan. Konsep teoritis: air kita berlimpah, tanah kita subur pasti petani kita juga makmur. Semua aspek kehidupan keluarga petani mulai dari pendidikan, kesehatan dan kemudahan lainnya dengan sendirinya akan membaik kalau konsep teoritis ini diimplementasikan dalam bentuk program fisik yang tepat sasaran. Kalau kita perpikir secara nasional masa kini dan masa depan maka pembangunan infrastruktur dan manajemen pengelolaan air semestinya selalu mendapat prioritas utama dalam sektor pembangunan.
b. Potensi Cekungan Air Tanah
Potensi air tanah sebagai salah satu sumber pasokan air bersih di Indonesia mencapai sekitar 100 miliar m3 dan tersebar di seluruh daratan Indonesia. Potensi yang cukup melimpah tersebut dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam pemenuhan kebutuhan air bersih bagi masyarakat. Kepala Badan Geologi Departemen ESDM, R Sukhyar (2009) memaparkan, saat ini Indonesia tercatat memiliki cekungan air tanah (CAT) sebanyak 421 buah. Cekungan air tanah tersebut meliputi 4 CAT lintas negara, 35 CAT lintas provinsi, 176 CAT lintas kabupaten/kota, dan 206 CAT di dalam kabupaten/kota. Ketersediaan data dan informasi keairtanahan, menurut R Sukhyar, merupakan hal mendasar yang diperlukan untuk memahami kondisi air tanah guna menunjang perencanaan pendayagunaan air tanah untuk mewujudkan pemanfaatan air tanah yang optimal dan berkelanjutan. Dalam hal ini, Badan Geologi sebagai instansi pusat, memiliki peran penting untuk pelaksanaan pendayagunaan air tanah, yaitu melakukan penelitian, penyelidikan, rekayasa teknologi dan rancang bangun, dan pemetaan tematik air tanah. Keberhasilan pelaksanaan pendayagunaan air tanah sangat ditentukan oleh keterpaduan dan koordinasi dari para pemangku kepentingan.
c. Desalinasi Air Laut
Desalinasi air laut merupakan teknologi canggih masa kini. Dimana teknologi ini merupakan teknologi pemisahan garam dari air laut. Sehingga dapat dihasilkan air bersih yang dapat digunakan untuk minum maupun memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat ang berada di pesisir laut. Akan tetapi kelemahan dari penggunaan desalinasi air laut ini adalah biaya yang dikeluarkan akan sangat tinggi.
d. Pemanenan Air Hujan (Rainwater Harvesting)
Sistem pemanenan air hujan merupakan salah satu alternatif dalam mengahdapi krisis air. Sistem ini merupakan sistem yang sangat cocok diterapkan dikarenakan caranya tidak rumit, setiap rumah tangga dapat mempraktekkan. Untuk setiap rumah tangga, prosesnya hanya dengan menampung air hujan dari atap ataupun air hujan yang jatuh untuk kemudian air tersebut dapat digunakan di saat musim kemarau. Berikut merupakan peralatan yang dibutuhkan untuk memanen air hujan skala rumah tangga.  Di samping proses pemanenan air hujan yang dapat dilakukan di setiap rumah tangga masing – masing. Pemerintah dalam hal ini juga dapat memanen air hujan dengan menambah embung atau tampungan air hujan.
e. Konservasi sumber daya air
Untuk menjaga agar sumber air tetap lestari dan tetap terjaga sampai anak cucu, maka perlu diadakannya kegiatan konservasi atau perlindungan dan pelestarian sumber daya air, kegiatan tersebut berupa:
1.         Pemeliharaan kelangsungan fungsi resapan air dan daerah tangkapan air
2.          Pengendalian pemanfaat sumber air
3.         Pengaturan prasarana dan sarana sanitasi
4.         Perlindungan sumber air dalam hubungannya dengan kegiatan pembangunan dan pemanfaatan lahan pada sumber air
5.         Pengendalian pengolahan tanah di daerah hulu
6.         Rehabilitasi hutan dan lahan, dan atau
7.         Pelestarian hutan lindung, kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam.
f.  Reformasi Rekayasa dan Kekaryaan PDAM
Mencermati begitu banyak masalah di tubuh PDAM, semestinyalah ada reformasi rekayasa dan kekaryaan. Dua hal itu adalah penentu mutu layanannya. Reformasi rekayasa perlu dilakukan karena jumlah air kian susut dan mutunya memburuk. Air bakunya kaya zat berbahaya-beracun. Terlebih lagi teknologi PDAM tidak mampu menangani zat tersebut. Fokus PDAM hanya kualitas fisika dan bakteriologi. Sebagian kecil di sektor kimiawi. Itu pun sebatas penurunan kadar besi, mangan dan kesadahan. Banyak instalasinya yang tak berdaya mengolah senyawa kimia seperti pestisida dan logam-logam berat. Padahal justru zat inilah yang banyak saat ini. Juga ada titik lemah yang menyebabkan interpretasinya keliru (misleading) pada monitoring air baku, yakni acuannya hanya parameter konvensional, tidak mempertimbangkan parameter lainnya seperti logam berat dan pestisida. Jadi, reformasi rekayasa tak bisa ditawar-tawar lagi. Aplikasi teknologi membran adalah satu di antara beberapa solusinya walaupun mahal namun menguntungkan dalam jangka panjang. Beberapa yang bisa diterapkan adalah reverse osmosis, ultrafiltrasi, dan nanofiltrasi.
Di tingkat internal pun muncul konflik yang menyangkut profesionalisme. Sampai kini PDAM dikelola oleh pemda setempat berupa BUMD (Badan Usaha Milik Daerah) dan menjadi salah satu sumber pendapatan daerah. Kepala daerah punya hak prerogatif dalam menyusun direksi dan jajarannya. Di titik simpul inilah sering terjadi friksi berkaitan dengan posisi kunci, sebagai decision maker dan menimbulkan ketegangan di tingkat elitenya. Oleh karena itu, formula direksi dan jajarannya perlu direformasi agar warga yakin bahwa PDAM memang institusi profesional berorientasi kerakyatan. Artinya, ada figur familiar dalam bidang teknologi perairbersihan sebagai pengendalinya. Termasuk unjuk etika profesional dalam bersaing bebas (free fight ethics) dan tanpa main uang (money politics). Selain bervisi marketing, juga wajib memahami rekayasa sistem pengolahan dan integritasnya telah teruji, bebas moral hazard. Selain reformasi internal, ada cara lain untuk meningkatkan profesionalitas sektor air bersih ini, yaitu penswastaan (privatisasi).
Dengan adanya upaya pengendalian yang dilakukan secara meneluruh meliputi upaya pencegahan, penanggulangan dan pemulihan. Perencanaan pengendalian daya rusak air disusun secara terpadu dan menyeluruh dalam pola pengelolaan sumber daya air. Pengendalian yang melibatkan peran serta aktif dari masyarakat dan pemerintah daerah serta pengelola sumber daya air wilayah sungai dan masyarakat diharapkan masalah kelangkaan sumber daya air dapat teratasi dan keberadaan sumberdaya air dapat tetap lestari dan berkelanjutan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
1.          Air merupakan sumber daya yang vital bagi kehidupan. Ketersediaan sumber daya air bersih memang sedang dalam kondisi yang memprihatinkan.
2.          Penyebab kelangkaan air di Indonesia adalah perilaku manusia terhadap lingkungan, kerusakan lingkungan, serta pengelolaan lingkungan yang kurang baik.
3.          Dampak dari kelangkaan air bersih berupa dampak bagi kesehatan yaitu timbulnya penyakit dan dampak ekonomi yaitu tanpa adanya air kegiatan produksi terutama makanan tidak dapat beroperasi, menurunkan kualitas produk serta menambah biaya untuk kegiatan usaha.
4.           Upaya untuk mengatasi masalah kelangkaan air bersih adalah Pembangunan Infrastruktur dan Manajemen Pengelolaan Air, Pemanenan Air Hujan (Rainwater Harvesting), Desalinasi Air Laut, Konservasi sumber daya air, Potensi Cekungan Air Tanah

4.2 Saran
1.           Masyarakat seharusnya mempunyai kesadaran yang tinggi akan pengelolaan sumber daya air bersih secara optimal lestari.
2.           Pemerintah seharusnya bisa bekerja sama dengan masyarakat terkait pada kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.








DAFTAR PUSTAKA
Amalia, Bunga Irada dan  Agung Sugiri. 2014. Ketersediaan Air Bersih Dan Perubahan Iklim: Studi Krisis Air Di Kedungkarang Kabupaten Demak dalam jurnal Teknik PWK Volume 3 No 2 2014 hal. 295-302

Rohani. 2012.Buku Ajar Ekonomi Sumber Daya. Makasar: Lembaga Kajian Dan Pengembangan Pendidikan Universitas Hasanudin
Thioritz, Stevy.2010. Kajian Solusi Krisis Air Bersih di Indonesia. Mediatek  volume 4, No 1 Mei 2010 hal 38-43
Kekeringan air di prambanan. Di akses pada 17 september 2014 melalui  http://regional.kompas.com/read/2014/09/12/15524721/Kekeringan.Warga.Prambanan.Mengais.Air.di.Ceruk.Tebing

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment