Powered by Blogger.
RSS

Neo Klasik II

A.           Pemikiran Awal Mula adanya Mazhab Neo-Klasik
Kurang lebih pada tahun 1970-an terdapat pergeseran dalam aliran ekonomi, dimana aliran ekonomi yang baru ini menggantikan aliran ekonomi Klasik karena teori-teori yang dikembangkan oleh Karl Marx dan Engels mendapat banyak tanggapan dari pakar-pakar ekonomi. Baik dari kaum sosialis maupun dari pendukug sistem liberal-kapitalisme. Pemikiran-pemikiran ekonomi dari para pakar pendukung sistem liberal ini kemudian dimasukkan kedalam suatu kelompok pemikiran ekonomi tersendiri sehingga memunculkan aliran baru yang disebut dengan aliran Neo-Klasik.
B.            Proses Munculnya Aliran Neo-Klasik
Aliran Neoklasik secara sederhana dibedakan atas dua generasi ( Deliarnov, 2006 : 55) yaitu :
1.      Generasi Pertama
Pakar-pakar ekonomi Neoklasik generasi pertama banyak memperbaiki teori-teori ekonomi klasik, tetapi mereka pada umumnya masih percaya bahwa di pasar berlaku prinsip pasar persaingan sempurna dan bahwa perekonomian selalu menuju pada keseimbangan.
Kelompok Neoklasik generasi pertama dapat dikelompokan lagi dalam dua kelompok, yaitu :
a.    Kelompok Ekonomi Austria (The Classical Liberal Perspectives)
         Kelompok pertama disebut kelompok Ekonomi Austria karena hampir semua pendukungnya seperti Carl Menger, Friedlich von Wieser, dan Eugen von Bohm Bawer yang berasal dari Austria. Pakar-pakar Neoklasik yang tergabung dalam kelompok Ekonomi Austria ini sangat berjasa mengembangkan teknik-teknik matematika, terutama kalkulus. Dari tangan merekalah lahir konsep-konsep seperti marginal utility, marginal revenue, the law of diminishing return, dan sebagianya yang sarat dengan hitungan-hitungan matematis. Sejak munculnya teori “marginal revolution” yang dikembangkan oleh pakar-pakar Neoklasik dari mazhab Austria tersebut, pembahasan ekonomi lebih bersifat mikro. Karena ilmu ekonomi di tangan pakar-pakar Neoklasik mengalami perkembangan yang pesat melebihi perkembangan legislasi, hal ini memaksa diceraikannya politik dari ilmu yang semula disebut ekonomi politik.
b.      Kelompok Ekonomi Cambridge
Karena para pendirinya seperti Alfred Marshall (1842-1924) dan pendukungnya kebanyakan berasal dari Universitas of Cambridge. Marshall mengajar ekonomi politik di Bristol tahun 1882 dan menjadi ketua jurusan ekonomi politik di Cambridge tahun 1885-1908.
Mengapa ilmu ekonomi berkembang lebih pesat dibanding ilmu-ilmu sosial lain? Menurut Marshall dalam Principles of Economics (1920) : “The advantage which economic has to over other branches of sosial science appears then to arise from the fact that its special field of work gives rather large opportunities for exact methods then any other branch”.
Walaupun Marshall memiliki peran besar dalam perkembangan ilmu ekonomi, pendekatan yang digunakan Marshall sedikit berbeda dari pendekatan pakar-pakar ekonomi lain. Perbedaan yang mencolok antara Marshall dengan ekonom-ekonom lain dari mazhab Austria yang pada umunya ”tegar” ialahMarshall lebih memperhatikan nasib kaum papa. Bagi Marshall, ilmu ekonomi politik adalah sarana untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat dan bahkan juga sebagai motor untuk mengungkap kebenaran (an engine for the discovery of truth) dengan mengatasu kemiskinan dan kemelaratan.

2.      Generasi Kedua
Pada tahun 1930-an sejumlah pakar ekonomi neo-klasik generasi kedua melakukan revesi terhadap pemikiran-pemikiran neo-klasik generasi pertama. Tokoh yang ikut serta merevisi pemikiran-pemikiran mereka adalah Piero Sraffa (1898-1983), Joan Violet Robinson (1903-1983) dan Edward Hasting Chamberlin (1899-1967).
Para tokoh klasik dan neo-klasik generasi pertama tidak pernah mempersoalkan apakah pasar persaingan sempurna, dalam kenyataan kehidupan sehari-hari, benar-benar mencerminkan pasar sempurna atau tidak, serta tidak mempersoalkan asumsi-asumsi yang terjadi pada pasar persaingan sempurna. Adapun asumsi-asumsi itu adalah seabagai berikut:
1.         Terdapat banyak pembeli dan penjual (multi perusahaan).
2.         Barang-barang yang dijual bersifat homogen.
3.         Tiap perusahaan bebas keluar-masuk pasar.
4.         Pembeli dan pejual sebagai price taker, karena mereka tidak mampu mengubah harga yang ditentukan pasar.
5.         Pembeli dan penjual mempunyai informasi yang lengkap.
 Oleh karena itu, dalam artikelnya (The Laws of Returns under Competitive Conditions, 1926), Sraffa mengungkapkan bahwa saat ini perusahaan-perusahaan besar sudah banyak dan perusahaan-perusahaan itu tahu kalau seandainya mereka mengubah keputusan output atau penawaran maka harga-harga dapat berubah.
Kemudian Chamberlin memusatkan perhatiannya pada pasar monopolistik dalam bukunya, The Theory of Monopolistic Competition, 1933. Ia menyebutkan bahwa banyak asumsi yang digunakan dalam pasar persaingan sempurna, terutama dalam produk yang homogen, yang tidak realistis. Karena tidak mungkin suatu pasar hanya memproduksi satu jenis barang saja (homogen).
Oleh karena itu, masih menurut Chamberlin, perusahaan-perusahaan pasti berusaha untuk melakukan diferensiasi pada produk-produknya guna mempertahankan perusahaannya supaya bertahan di pasar tersebut. Jika usaha itu (diferensiasi produk) berhasil maka perusahaan itu dapat memengaruhi harga-harga di pasar, dan dia dapat bertindak sebagai penentu harga (price setter), bukan sebagai penerima harga (price taker).
Dengan demikian, pasar ini sudah tidak sempurna lagi karena ciri utama dalam pasar monopolistik adalah adanya diferensiasi produk dan perusahaan bertindak sebagai price setter bukan sebagai price taker. Juga biasanya harga yang terbentuk dalam pasar monopolistik lebih tinggi daripada harga yang terbentuk dalam pasar sempurna. Begitu juga dengan Joan Robinson, yang mempunyai analisis hampir mirip dengan Chamberlin. Namun, Joan Robinson, analisisnya lebih fokus pada pembahasan “pasar persaingan tidak sempurna (Imperfect Competition)”. Menurutnya, tiap perusahaan dalam pasar tidak sempurna memegang posisi monopoli, dimana posisi ini didapatkan dari barang-barang yang dibeli berdasarkan preferensi konsumen (Customer Preference) walaupun ada barang substitusi yang dihasilkan oleh perusahaan lain. Dalam kenyataannya bahwa persaingan dunia pasar tidak sempurna dan membawa pada implikasi yang cukup serius terhadap kesejahteraan masyarakat. Hal ini disebabkan karena dalam pasar persaingan tidak sempurna efisiensinya, sebagaimana diungkapkan Pareto, tidak bisa dicapai.
Kesimpulannya, pandangan ketiga tokoh ini bagi pengembangan teori ekonomi adalah (bagi mereka) model pasar persaingan sempurna yang dikembangkan oleh kaum klasik dan neo-klasik terdahulu hanya merupakan suatu konstruksi pemikiran yang diharapkan belaka (secara teoritis) yang kenyataannya mempunyai keterbatasan dalam kehidupan sehari-hari.
C.      Tokoh-tokoh Ekonomi Klasik generasi Kedua dan pemikirannya
1.    Piero Sraffa (1898-1983)
Nama : Piero Sraffa (1898-1983)
Tanggal Lahir: Turin, 5 Agustus 1898
Kebangsaan : Italia
Piero Sraffa merupakan seorang ahli ekonomi yang sangat berpengaruh di dunia. Bukunya yang berjudul "Production of Commodities by Means of Commodities" digunakan oleh sekolah ekonomi Neo-Ricardian. Ia terlahir di Turin, Itali dari pasangan kaya Angelo dan Irma Sraffa. Ayahnya merupakan seorang profesor dalam bidang hukum perdagangan dan juga dekan di Bocconi University di Milan. Sraffa menempuh studinya di kotanya dan merupakan lulusan universitas lokal serta meneliti inflasi yang terjadi di Itali selama dan setelah perang dunia pertama. Salah satu dosen ekonomi yang menjadi inspirasinya adalah Luigi Einaudi yang kemudian berhasil menjadi presiden di Itali.
Ia melanjutkan studinya di London School of Economics pada tahun 1921 dan 1922. Di sana ia ditunjuk sebagai direktur buruh lokal di Milan, profesor dalam politik ekonomi di Perugia, Cagliari, dan Sardinia. Dalam masa ini ia sempat bertemu dengan Antonio Gramsci yang merupakan pemimpin partai komunis di Itali yang paling berpengaruh. Mereka kemudian menjadi sahabat dekat, utamanya karena pandangan ideologi mereka yang sama. Sraffa juga memiliki hubungan baik dengan Filippo Turati yang merupakan pemimpin partai sosialis Itali.
Pada tahun 1927, Sraffa semakin memperluas jaringan perkawanannya. Ia pun ditawari untuk menjadi dosen di University of Cambridge. Namun ternyata Sraffa tidak terlalu suka pekerjaan tersebut karena ia tergolong orang yang pemalu. Setelah itu ia memutuskan untuk bergabung dengan "cafeteria group" bersama dengan Frank P. Ramsey dan Ludwig Wittgenstein, sebuah klub yang mendiskusikan tentang Teori Kemungkinan Keynes dan Teori Friedrich Hayek dalam sirkulasi bisnis.
Buku tulisan Sraffa yang berjudul, "Production of Commodities by Means of Commodities" membantu penyempurnaan nilai teori "Classical Economics" yang dikembangkan oleh David Ricardo. Ia bertujuan untuk mendemonstrasikan kekurangan dalam tendensi nilai teori neoclassical dan mengembangkan sebuah analisis alternatif.
Teori-teori/ Pemikiran Piero Sraffa
-          Teori persaingan tidak sempurna
Sraffa mengambil dan mengembangkan karyanya dari tahun 1925 yang berjudul The law of Return Under Competitive Condition untuk menunjukkan inkonsistensi teori Marshall tentang harga, yang menurutnya, untuk setiap aset:
·         harga keseimbangan ditentukan oleh perpotongan kurva permintaan dan penawaran.
·         kurva penawaran, simetris dengan permintaan itu, didasarkan pada hukum yang meningkat (bagian pertama) dan hukum semakin berkurang (bagian kedua). 
Sraffa mencatat bahwa kedua hukum memiliki asal-usul dan bidang aplikasi yang berbeda (karena itu tidak dapat menjelaskan dua bagian dari kurva yang sama): hukum semakin berkurang diterapkan awalnya ekonomi dan diakuisisi oleh kelangkaan tanah sebagai faktor produksi (teori sewa diferensial dari David Ricardo ), hukum hasil yang semakin meningkat diterapkan pada perusahaan individu dan diakuisisi oleh manfaat daripembagian kerja . Yang pertama memungkinkan untuk mempelajari hukum distribusi, kedua orang produksi. Marshall , namun diperpanjang hukum yang semakin berkurang untuk setiap faktor produksi yang langka dan menggantikan ekonomi eksternal untuk pembagian kerja untuk memotivasi peningkatan hasil. Dalam kasus apapun, perhatia Sraffa terhadap Marshall yakin dia bisa menentukan keseimbangan perusahaan individu dalam industri tertentu dengan menganalisis sedikit demi sedikit dalam produksi dan asumsi situasi yang sama di perusahaan lain di industri yang sama dan seluruh ekonomi, Akan Tetapi:
  • Seperti yang menurun, ada dua kasus:
    • jika baik yang diproduksi dengan menggunakan proporsi yang signifikan dari faktor langka, sedikit peningkatan produksi berarti peningkatan yang signifikan dalam biaya yang baik, baik barang lainnya yang produksinya digunakan; diikuti oleh permintaan yang lebih rendah untuk itu baik dan faktor langka, maka penahanan biaya mereka;
    • jika baik yang diproduksi dengan menggunakan sejumlah kecil faktor langka, sedikit peningkatan produksi diterjemahkan ke dalam pengurangan lebih kuantitas faktor langka yang digunakan oleh perusahaan-perusahaan lain dalam penggunaan umum yang lebih besar; peningkatan faktor biaya karena itu diabaikan;
  • Seperti yang meningkat, Marshall sama mencatat bahwa ekonomi eksternal tidak dapat dikaitkan dengan jelas kepada industri tertentu, tetapi secara signifikan mempengaruhi kelompok, sering besar, industri terkait; akibatnya, tidak mungkin untuk membayangkan peningkatan hasil panen di salah satu perusahaan mengambil mereka tidak berubah dari orang lain.
Sraffa menyimpulkan bahwa, dalam persaingan sempurna, biaya produksi harus dianggap sebagai konstan untuk perubahan kecil dalam kuantitas yang diproduksi dan teori klasik dari biaya produksi yang lebih baik didirikan.
Kemudian mempertimbangkan kasus sebaliknya monopoli, di mana harga tidak diberikan tapi berbanding terbalik dengan kuantitas yang dijual, dan mencatat bahwa pengalaman menunjukkan bahwa banyak perusahaan (khususnya sebagian besar dari mereka yang memproduksi barang konsumen) dalam kondisi operasi penurunan biaya, yang menurunkan harga untuk meningkatkan penjualan, seolah-olah mereka beroperasi sebagai monopoli.Karena itu, perusahaan-perusahaan ini tidak beroperasi dalam monopoli nyata, tetapi masih dapat memiliki masing-masing pasar khususnya.
Temuan mereka kemudian akan dikembangkan oleh Joan Robinson dalam teorinya tentang persaingan tidak sempurna .
-          Teori Nilai  (Production Of Commodities By Means Of Commodities Produksi komoditas oleh sarana komoditi)
Dengan karyanya Produksi Komoditas oleh Sarana Komoditi. Awal kritik teori ekonomi ( 1960 ) bertujuan untuk meletakkan dasar teoritis untuk kritik dari sekolah ekonomi lazim di zamannya, marjinal, dan untuk menyempurnakan teori klasik nilai ekonomi yang dikembangkan oleh Ricardo.
Dalam karya ini, yang telah menjadi tengara dalam sejarah pemikiran ekonomi, Sraffa analisis model produksi linier di mana dimungkinkan untuk menentukan struktur harga relatif dan salah satu dari dua variabel distribusi (tingkat keuntungan atau upah ), mengingat eksogen l ' variabel lain danteknologi , yang diwakili oleh jumlah fisik aset individu yang diperlukan untuk memproduksi berbagai barang dengan output mereka.
Penentuan simultan menunjukkan bahwa nilai modal yang digunakan dapat diketahui hanya dengan harga barang yang terdiri. Dengan cara ini mereka menjadi tidak kompatibel dengan sistem ini teori-teori yang dimulai dari nilai-nilai data input dan menjelaskan harga dengan remunerasi faktor-faktor ini sesuai dengan produktivitas marjinal mereka.
Pada intinya, Sraffa menunjukkan bahwa:
  • Anda tidak dapat menemukan hukum yang menentukan secara simultan upah dan tingkat keuntungan (seperti remunerasi, masing-masing, tenaga kerja dan modal), karena:
    • tingkat keuntungan hanya dapat ditentukan dengan memperbaiki gaji (atau sebaliknya);
    • tidak mungkin untuk mengukur modal tanpa juga menentukan harga (termasuk keuntungan), sehingga tidak mungkin untuk menghitung keuntungan berdasarkan nilai modal (remunerasi nya);
  • Anda tidak dapat mengasumsikan bahwa semakin tinggi gaji, pekerjaan digantikan oleh modal, karena nilai modal tergantung pada durasi investasi awal; (disebut "kembalinya teknik") mempertimbangkan modal durasi yang berbeda, mungkin juga terjadi bahwa Anda lebih memilih untuk mengganti tenaga kerja dengan modal bahkan jika upah meningkat; berikut bahwa tidak mungkin untuk atribut peningkatan pengangguran upah, seolah-olah itu permintaan yang lebih rendah untuk faktor produksi yang harganya telah meningkat.
Aparat analitis ini digunakan oleh para pengikut Sraffa juga untuk kritik terhadap teori nilai Marx dan solusi untuk masalah transformasi nilai-nilai ke dalam harga produksi . Menurut Luigi Pasinetti , Sraffa memungkinkan untuk mengatasi keterbatasan dari sistem input-output dari Wassily Leontief , khususnya berkaitan dengan efek dari kemajuan teknis;  pendekatan Pasinetti baru-baru ini mengambil dan diperpanjang, selalu sejalan dengan pemikiran Sraffa, Heinz Kurz dan Salvadori Blacks. 


2.    Joan Violet Robinson (1903-1983)
a.       Profil
Nama               : Joan Violet Robinson
Tanggal Lahir  : Surrey ( Inggris), 31 Oktober 1903
Wafat              : 5 Agustus 1983
Kebangsaan       : Inggris Raya
Kontribusi         : Teori Pertumbuhan Cambridge
Robinson terlahir dengan nama Joan Maurice di Surrey, inggris 1903. Keluarganya adalah keluarga golongan menengah. Ayahnya seorang jenderal, penulis, dan akhir hidupnya menjadi pemimpin sebuah akademi yang selanjutnya menjadi cikal bakal universitas London. Ibunya seorang putri dari seorang profesor di universitas Cambridge. Robinson sekolah di St. Pauls, sebuah sekolah khusus purti, dimana ia belajar sejarah. Kemudian Robinson meneruskan pendidikannya ke Girton College. Kemudian ia meneruskannya lagi ke Cambridge untuk belajar ekonomi. Beberapa tahun ia tinggal di India bersama suaminya (ahli ekonomi Austin Robinson), Robinson menghabiskan waktunya selama setengah abad sesudah kelulusannya pada tahun 1925 untuk mengajar dan sebagai dosen di universitas Cambridge sampai tahun 1984. Pada Tahun 1930 Robinson menjadi aktivis di Cambridge Circus sebuah kelompok kecil para ahli ekonomi yang membantu Keynes. 

Pada awalnya Joan Robinson adalah pendukung ekonomi Klasik, kemudian dia mengubah pikirannya setelah bertemu dengan John Maynard Keynes. Sebagai anggota dari ‘Cambridge School’ Robinson kemudian memberi dukungan dan pengunjukan teori umum Keynes, dalam tulisan pertamanya pada tahun 1936 sampai tahun 1937 ia menulis tentang keterlibatan-keterlibatan tenaga kerja yang mencoba menjelaskan dinamika ketenaga kerjaan ditengah-tengah depresi besar pada tahun tersebut.

Pada tahun 1933 dia menulis bukunya yang berjudul Economics of Imperfect Competition yang memperkenalkan istilah “Monopsoni” yang menjelaskan tentang seorang pembeli dan seorang penjual monopoli. Kemudian pada tahun 1949, Joan Robinson diundang oleh Ragnar Frisch untuk menjadi wakil ketua dari Econometric Society. Pada tahun 1956 Joan Robinson menerbitkan karangan besar berjudul The Accumulation of Capital yang memperluas ekonomi Keynesian dalam jangka waktu yang sangat panjang. Enam (6) tahun kemudian ia menerbitkan buku lain tentang teori pertumbuhan, yang menjelaskan tentang konsep-konsep dari “usia keemasan” atau alur-alur pertumbuhan. Setelah itu ia mengembangkan teori pertumbuhan Cambridge dengan Nicholas Kaldor sampai tahun 1960. Ia juga menjadi salah satu peserta dalam kontroversi Cambridge bersama Piero Sraffa.
Di penghujung hidupnya dia belajar dan berkonsentrasi pada permasalahan metodologis dalam ekonomi dan mencoba menyempurnakan dari Teori Umum Keynes. Pada tahun 1962 sampai 1980 Robinson menulis banyak buku yang mencoba membawa beberapa teori ekonomi kepada masyarakat umum. Robinson mengusulkan untuk mengembangkan satu alternatif pengembangan rohani dari ekonomi klasik.
Pada tahun 1974 Robinson terpilih sebagai presiden Asosiasi Ekonomi Amerika. Kemudian pada tahun 1983 ia menderita stroke dan meninggal dalam usia 79 enam bulan kemudian di rumah sakit Cambridge.

b.      Pokok-pokok pikiran / teori  Joan Robinson
1.       Teori Persaingan Tidak Sempurna
Struktur pasar persaingan tidak sempurna didasarkan pemikiran Pierro Sraffa dan Joan Robinson serta Chamberlin pada tahun 1930-an. Sraffa menulis buku The law of Return Under Competitive Condition, sedangkan Joan Robinson menulis The Theory of Monopolistic Competition pada tahun 1933. 
Asumsi-asumsi yang mendasari pasar persaingan tidak sempurna, yaitu penetapan pajak secara sepihak, sumbangan lainnya dari Robinson adalah mengenai eksploitasi tenaga kerja. Robinson dipengaruhi oleh aliran sosial dan berpendapat setiap pekerja harus dibayar sesuai dengan produktivitas marjinalnya.

Keseimbangan dalam pasar persaingan tidak sempurna dapat terjadi pada beberapa titik, yaitu pada saat ATC menurun, minimum atau menarik. Namun, keadaan yang lazim terjadi adalah pada saat ATC menurun dan hal ini disebabkan, antara lain oleh diferensiasi produk, under capacity, iklan dan kelembagaan.

Dalam menjelaskan pembuatan keputusan perusahaan Robinson menggunakan konsep pendapatan marjinal (marginal revenue), yakni tambahan pengembalian perusahaan yang diperoleh ketika perusahaan memproduksi dan menjual satu barang lagi. Bagi perusahaan kompetitif, pendapatan marjinal akan selalu merupakan harga yang sama, karena perusahaan dapat selalu menjual barangnya lebih banyak tanpa harus mengobral atau menurunkan harga. Tapi perusahaan dalam pasar persaingan sempurna akan mengalami kurva pendapatan marjinal yang lerengnya menurun. Untuk dapat menjual lebih banyak, mereka harus mengobral barang. Jika ini terjadi, beberapa konsumen akan membayar barang dibawah harga. Perusahaan akan kehilangan pengembalian ini. Dengan mempertimbangkan baik itu harga yang rendah dan penjualan yang tinggi, perusahaan mungkin akan memotong harga untuk menjual lebih banyak namun tidak mendapat pengembalian (yaitu pendapatan marjinal dari penjualan akan nol atau negatif). Sebaliknya perusahaan akan mendapat pengembalian lebih jika perusahaan menaikkan harga,dan mengurangi produksi dan penujualan.
Dengan menunjukkan bagaimana naiknya harga dan kurangnya output produksi dapat meningkatkan pendapatan perusahaan, Robinson mampu menjelaskan mengapa persaingan tidak sempurna ditandai dengan produksi yang tidak cukup dan penggunaan sumber daya yang tidak efisien. Karena persaingan tidak sempurna dapat menjelaskan tingginya tingkat pengangguran yang terjadi di Inggris (sedangkan teori persaingan sempurna tidak dapat menjelaskannya) pada tahun 1920-an dan pada masa depresi tahun 1930-an.
Dalam The Economics of Imperfect Competition, ia juga menunjukkan bahwa dalam persaingan tidak sempurna, para pekerja menerima gaji yang kurang dari nilai produksi mereka. Konsekuensinya, produktivitas marjinal tidak dapat bertahan ketika persaingan tidak sempurna eksis. Dengan persaingan tidak sempurna pekerja tereksploitasi oleh pengusaha yang kuat. Untuk mengembalikan kepada keadaan semula, Robinson memperkenalkan gagasan monopsony, suatu kedaan dimana hanya ada satu majikan pada suatu dareh geografis tertentu atau satu majikan bagi pekerja dengan keterampilan tertentu. Dengan hanya satu majikan yang potensial, dan dengan banyaknya pencari kerja, maka orang-orang berada pada keadaan kerugian kompetitif. Mereka terpaksa menerima gaji yang ditawarkan oleh satu majikan saja. Robinson mengakui bahwa dunia ini tidak terdiri dari pasar tenaga kerja monopsonistik. Namun gagasan monopsonistik membantu dalam member perhatian pada penentuan upah sebagai suatu proses tawar-menawar dan pada eksploitasi pekerja karena kurnagnya tawar-menawar terhadap beberapa perusahaan besar.

Suatu dunia ekonomi yang bercirikan persaingan tidak sempurna juga memunculkan teori baru tentang determinasi harga, salah satunya diisyarakatkan oleh Robinson dan kemudian dikembangkan oleh ahli ekonomi pasca Keynesian. Dalam pasar persaingan, semua perusahaan adalah penentu harga; perusahaan harus menentukan harganya sesuai dengan kemampuan pasar dan apa yang dilakukan perusahaan lain dalam industri tersebut. Namun, dengan persaingan tidak sempurna, harga yang dibuat oleh produsen, yang melakukan mark-up pada biaya utama mereka (upah dasar). Semakin kecil persaingan industri, semakin tinggi kenaikan harga. Dan semakin tinggi kebutuhan perusahaan akan sumber daya internal untuk ekspansi, akan semakin besar mark-upnya.
Dalam karyanya, Joan Robinson tidak menonjolkan permasalahan yang berkaitan dengan diferensiasi produk. Gagasan Robinson dipaparkan dengan banyak menggunakan teknik geometrik. Berdasarkan teknik tersebut ditarik berbagai kesimpulan mengenai realitas dalam dunia ekonomi riil, diantaranya kesimpulan-kesimpulan sekitar masalah ekonomi kesejahteraan (welfare economics). Dalam penelitiannya Joan Robinson menyisipkan normatif dengan sadar atau tidak. Misalnya, dalam pandangannya terhadap masalah monopsoni dipasar, hal itu juga disoroti dari segi moral. Dalam hubungan ini, oleh Joan Robinson ditekankan tidak adanya efisiensi dalam kondisi persaingan yang tidak sempurna. Lagi pula dalam keadaan serupa itu terjadi pemersan terhadap tenaga kerja. Sebab, akan timbul perbedaan antara tingkat upah disatu puhak (yang secara riil diterima oleh tenaga kerja) dan nilai produk marjinal dari tenaga kerja itu dipihak lain. Dalam pandangan Joan Robinson, dikala ada monopoli di pasar barang ataupun monopsoni di pasar tenaga kerja, maka hal itu satu sama lain akan membawa pemerasan (exploitation).
Dalam pasar persaingan tidak sempurna juga Robinson memperkenalkan analisisnya tentang diskriminasi harga. Para ahli ekonomi telah mengetahui bahwa perusahaan monopoli besar menetapkan harga yang berbeda untuk orang yang berbeda, tetapi Robinson orang pertama yang menjelsakan prinsip cara kerja dan konsekuensinya. Robinson menunjukan bahwa diskriminasi harga hanya ada dalam monopoli atau persaingan tidak sempurna. Melalui diskriminasi harga, perusahaan-perusahaan monopili dapat menaikan pendapatan dan laba mereka.

Dalam pemberlakuan diskriminasi harga, perusahaan-perusahaan perlu membagi pasar untuk produknya menjadi dua bagian: konsumen yang ingin dan dapat membayar dengan harga tinggi dan konsumenyang sensitif terhadap harga. Kemudian perusahaan perlu mencari cara untuk menetapkan harga yang lebih tinggi pada kelompok pertama. Salah satu cara adalah dengan menetapkan harga berbeda waktu yang berbeda dalam satu hari. Karena itu, perusahaan telepon, misalnya, akan memberikan harga yang lebih rendah pada malam hari dan akhir minggu. Pelanggan bisnis, yang umunya tidak sensistif terhadap harga, akan membayar pada harga yang tinggi dan individu akan membayar pada tingkat pengurangan biaya pulsa telepon terendah. Kupon diskon juga membantu dalam pembagian pasar dan memungkinkan adanya diskriminasi harga. Mereka yang peduli pada harga akan mengambil kupon dan membeli barang dengan harga yang lebih rendah; jadi mereka tidak akan membayar penuh. Demikian juga, praktik penetapan harga dengan tawar-menawar seperti pada dealer mobil akan mengakibatkan diskriminasi harga. Disini para penawar, karena tidak ingin membeli dengan harga tinggi, dapat membeli mobil dengan harga yang lebih murah dari pada mereka yang tidak mau menawar.

2. Teori Produktivitas Distribusi Marjinal
Berawal dari permasalahan terhadap analisis permintaan dan penawaran, menurut Robinson, berhubungan dengan modal. Robinson memicu perdebatan yang kemudian dikenal dengan nama “Kontroversi Cambridge” (Cambridge Controversy), dengan krtikinya atas teori distribusi dari kaum marjinalis. Menurut teori ini tingkat laba ditentukan oleh produktivitas marjinal dari modal. Persoalan yang diangkat Robinson adalah bagaimana mengukur modal untuk mencari produk marjinalnya. Pertanyaan yang sederhana dan kurang disadari ini muncul dan menimbulkan debat sengit antara Cambridge Inggris dan Cambridge Massachussets tentang kemungkinan pengukuran modal ketika tidak diketahui beberapa tingkat laba.
Pembentukan kurva permintaan teori produktivitas Distribusi marjinal ini perlu menghubungkan tingkat keuntungan dengan kuantitas modal. Masalahnya adalah modal bukanlah barang yang homogeni (seperti tenga kerja) yang dapat dihitung dan dijumlah. Modal bisa terdiri atas pabrik-pabrik besar dan kecil, bagian perakitan, palu dan obeng, computer dan perangkat lunak. Barang-barang ini tidak memiliki persamaan yang membuat kita bisa mencari “jumlah” modal, Karena itu diperlukan pendekatan yang lain.
Cara tradisional dalam menghitung barang modal adalah menghitung nilainya, atau kemungkinan kemampulabaan dimasa depan. Cara ini dianggap paraktis atau bisa menjelaskan persoalan, tetapi cara ini tiak memuaskan sebagai bagian dari teori yang menjelaskan apa yang menetukan tingkat keuntungan. Seperti yang ditunjukkan Robinson, jika teori ekonomi dianggap bisa menjelaskan tingkat keuntungan, teori ini tidak berasumsi mengetahui kemampulabaan modal untuk mengukur jumlah modal. Prosedur ini melingkar, karena itu teori distribusi produktivitas marjinal harus diabaikan.
Kritik Robinson atas teori ekonomi mikro juga mendukung pendekatan makroekonomi dari Keynes. Jika kita menolak produktivitas marjinal sebagai suatu teori distribusi, maka penawaran tenaga kerja dan permintaan tenaga kerja tidak menentukan upah dan lapangan kerja. Kita tidak lagi punya alasan kuat untuk percaya kalau pengangguran akan hilang dengan menunggu turunnya upah. Demikian juga, jika gagasan keseimbangan tidak berguna bagi studi ekonomi riil maka tidak ada alasan berasumsi bahwa pasar tenaga kerja akan jelas pada keseimbangan lapangan kerja penuh.
3.    Model Akumulasi Modal Joan Robinson
Joan Robinson didalam bukunya The Accumulation of Capital mmebangun model pertumbuhan ekonomi yang sederhana berdasarkan “aturan main kapasitas’. Model ini “tidak begitu banyak berkaitan dengan pergeseran ekuilibrium dalam perekonomian kapitalis, tetapi ditambah dengan pengkajian sifat-sifat pertumbuhan ekuilibrium”.
Model robinson didasarkan pada asumsi berikut:
a)      Perekonomian liberal yang tertutup
b)       Dalam perekonomian itu hanya ada buruh dan modal sebagai faktor produksi
c)      Untuk memproduksi suatu output tertentu, modal dan buruh dipergunakan dengan proporsi tetap
d)     Kemajuan teknik yang netral
e)      Tidak ada kelangkaan buruh dan pengusaha dapat mempekerjakan buruh sebanyak yang mereka sukai
f)       Hanya ada dua kelas pekerja dan pengusaha yang menjadi penerima pendapatan nasional
g)      Para pekerja sama sekali tidak menabung dan membelanjakan seluruh upahnya untuk konsumsi
h)      Para pengusaha sama sekali tidak mengkonsumsi tetapi menabung dan menanamkan keseluruhan pendapatan mereka (yang didapat dari laba) untuk pembentukan modal. “ Jika mereka tidak memperoleh laba, para pengusaha itu tak dapat menumpuk modal, dan kalau tidak menumpuk modal, mereka tidak memperoleh laba”.
i)        Tidak ada perubahan dalam tingkat harga.

Pendapatan nasional netto di dalam model Robinson adalah jumlah rekening upah total plus keuntungan total, yang dapat dinyatakan sebagai:
Y = wN + pK
dimana Y adalah pendapatan nasional netto, w tingkat upah nyata, N jumlah buruh yang dipekerjakan, p tingkat keuntungan dan K jumlah modal. Disini Y adalah fungsi N dan K. Karena tingkat keuntungan amatlah penting didalam teori akumulasi modal, hal itu dapat dinyatakan sebagai:
P = (Y – wN) / K
Dibagi dengan N, p = [(Y / N) - w] / (K / N)
Dengan mengganti Y/N = 1 dan K/N=q (theta), kita peroleh:
P = (1-w) / q
Jadi tingkat keuntungan adalah rasio antara produktivitas buruh minus rekening upah nyata total terhadap jumlah modal yang dipergunakan untuk setiap unit buruh. Dengan kata lain, tingkat keuntungan (p) tergantung pendapatan (Y), produktivitas buruh (1), tingkat upah nyata (w) dan rasio modal-buruh (q).
Pada sisi pengeluaran (expenditure), pendapatan nasional netto (Y) sama dengan
pengeluaran konsumsi (C) plus pengeluaran investasi (I),
Y = C + I
Karena Joan robinson mengasumsikan bahwa tabungan dari upah adalah nol dan hanya pengusaha yang menabung, keuntungan diartikan untuk investasi saja, maka kita peroleh :
S = I
 Hubungan tabungan-investasi ini dapat dinyatakan sebagai:
S = pK
Dan     I = DK            [DK adalah kenaikan dalam modal nyata]
p K = DK
atau     p = DK/K = (1-w)/ q
karena tingkat pertumbuhan modal (DK/K) sama dengan p (tingkat keuntungan), maka ia tergantung pada rasio hasil netto dari modal (net natural on capital) relatif terhadap stok modal tertentu. Jika pendapatan naik dan tingkat upah tetap, maka tingkat keuntungan akan cenderung meningkat. Tingkat keuntungan dapat juga naik jika rasio modal-buruh turun. Dengan cara inilah para pengusaha memaksimalkan keuntungan.



4.     Teori Perdagangan Internasioal
Robinson juga tokoh penting dalam memperluas ekonomi Keynes sampai kebidang dunia internasional. Secara tradisional, para ahli ekonomi menyataka bahwa perubahan nilai tukar atau aliran uang akan memperbaiki setiap ketidakseimbangan yang terjadi. Negara dengan surplus perdangan akan mendapatkan pemasukan uang atau penguatan nilai mata uang. Hal ini akan membuat harga barang mereka menjadi mahal bagi penduduk Negara lain dan akan mengurangi ekspor. Negara yang defisit akan mengalami hal yang sebaliknya, barang mereka akan lebih murah dinegara lain dan banyak mengekspor barang; menurut teori ekonomi standar, perubahan harga akan membawa perdagangan pada keseimbangan.
Berlawanan dengan pandangan konvensional ini, Robinson menyatakan bahwa ada satu mekanisme penyesuian Keynesian. Masalah perdagangan diselesaikan melalui perubahan pendapatan ketimbang melalui perubahan harga relatif. Negara yang mengalami defisit perdagangan gagal menjual barang yang cukup keseluruh dunia. Konsekuensinya produksi turun dan pengangguran meningkat. Akibatnya penduduk Negara ini mengurangi pembelian barang dan jasa dari Negara lain sehingga defisit perdagangannya akan menuju keposisi keseimbangan. Tapi hal ini berdampak pada Negara surplus, yang kini mengalami penurunan permintaan barang yang mereka produksi. Surplus perdagangan mereka berkurang tetapi tingkat pengangguran mereka juga meningkat.
Robinson selanjutnya memperluas teori Keynes dengan meneliti perdagangan internasional dalam konteks yang dinamis atau bagaimana kesimbangan perdagangan berubah sepanjang waktu. Ketimbang menganggap perdagangan internasional sebagai suatu cara terbaik bagi Negara-negara untuk membagi tugas memproduksi barang yang berbeda. Robinson melihat perdagangan luar negeri sebagai bagian strategi pertumbuhan nasional.
Surplus perdagangan, khususnya ketika tercapai dengan spesialisasi dalam industry manufaktur, maka dengan sendirinya akan menaikan tingkat keuntungan domestik yang akan memperbesar investasi dan perkembangan teknologi. Hal ini, pada gilirannya, akan menciptakan lebih banyak lapangan kerja domestik dan memperbesar pendapatan. Karena itu perdagangan surplus dapat memicu perkembangan jangka panjang dalam produktivitas dan taraf hidup. Sehingga dari surplus perdangan yang dihasilkan akan memacu pertumbuhan ekonomi.

Relevansi Teori Joan Violet Robinson
1.      Teori Persaingan Tidak Sempurna
2.      Teori Produktivitas Marginal
3.      Model akumulasi Modal
4.      Teori Perdagangan Internasional
5.    Edward Hasting Chamberlin (1899-1967)
Edward Hastings Chamberlin (18 Mei 1899 - 16 Juli 1967) adalah seorang ekonom Amerika. Ia lahir di La Conner, Washington, dan meninggal di Cambridge, Massachusetts.
Chamberlin belajar pertama di University of Iowa (di mana ia dipengaruhi oleh Frank H. Ksatria), kemudian mengejar studi pascasarjana-tingkat di University of Michigan, akhirnya menerima gelar Ph.D. dari Harvard University pada tahun 1927.

Untuk sebagian besar karirnya Edward Chamberlin mengajar ekonomi di Harvard (1937-1967). Dia membuat kontribusi signifikan untuk ekonomi mikro, khususnya pada teori persaingan dan pilihan konsumen, dan hubungan mereka dengan harga. Edward Chamberlin menciptakan istilah "diferensiasi produk" untuk menggambarkan bagaimana pemasok mungkin dapat mengisi jumlah yang lebih besar untuk produk dari persaingan sempurna akan memungkinkan. Pada tahun 1962 itu mengaku sebagai akademisi yang sesuai untuk RACEF tersebut.

Kontribusi yang paling signifikan adalah teori persaingan monopolistik Chamberlinian. Chamberlin menerbitkan bukunya The Theory of Persaingan Monopoli pada tahun 1933, tahun yang sama bahwa Joan Robinson menerbitkan bukunya pada topik yang sama: The Economics of Imperfect Competition, jadi dua ekonom tersebut dapat dianggap sebagai orang tua dari studi modern persaingan tidak sempurna. Ia juga dianggap sebagai salah satu ahli teori pertama yang menerapkan ide penerimaan marjinal, yang implisit pada teori monopoli Cournot's di 1920's-an dan awal 1930's. Chamberlin diduga telah melakukan "tidak hanya percobaan pertama pasar, tetapi juga percobaan ekonomi pertama dalam bentuk apapun, "dengan percobaan ia digunakan di dalam kelas untuk menggambarkan bagaimana harga tidak selalu mencapai keseimbangan Chamberlin menyimpulkan. bahwa sebagian besar harga pasar ditentukan oleh aspek monopoli dan persaingan.
Teori Chamberlin tentang persaingan monopolistik digunakan oleh sosiolog Harrison Putih dalam "pasar dari jaringan" model struktur pasar dan persaingan.

Karya-karya Chamberlin, Robinson, dan kontributor lainnya untuk Paradigma Struktur-Perilaku-Kinerja berat diskon oleh ahli teori permainan pada tahun 1960, namun pemenang Nobel Prize-Paul Krugman dan lain-lain membangun fondasi Teori Baru Perdagangan Internasional dengan menggabungkan tersebut teori struktur industri dengan fungsi produksi yang diasumsikan skala ekonomi yang signifikan dan ruang lingkup.

Teori"Monopoli-Kompetisi"  Chamberlin

Contoh Persaingan Monopoli
Edward Hastings Chamberlin (b. 1899) pada tahun 1933 menerbitkan Teori Persaingan Monopoli sebagai reorientasi teori nilai, yang dirancang untuk mendasarkan pada sintesis teori monopoli dan persaingan. Ia berpendapat bahwa gagasan lama monopoli dan persaingan sebagai alternatif adalah salah; dan bahwa kebanyakan situasi adalah komposit di mana unsur-unsur dari kedua monopoli dan persaingan digabungkan. Tapi dia menegaskan bahwa prosedur yang benar adalah mulai dari teori monopoli. Ini, menurutnya, memiliki kebaikan tidak ada unsur kompetitif menghilangkan, karena ini beroperasi melalui permintaan untuk produk monopoli; sedangkan sebaliknya asumsi alternatif kompetisi mengesampingkan unsur-unsur monopoli.
Dengan demikian, dalam mengambil monopoli sebagai titik awal, pendekatan Chamberlin adalah mirip dengan Cournot.

Tapi, sementara dengan Cournot transisi ke persaingan sempurna terjadi hanya pada skala jumlah pesaing, dengan Chamberlin itu terjadi juga pada skala substitusi produk. Setiap produsen yang produknya secara signifikan berbeda dari produk orang lain memiliki beberapa monopoli itu, tunduk pada kompetisi pengganti. Dia menganggap setiap produsen dalam industri sebagai memiliki beberapa monopoli dalam produk sendiri. Jika dia menjadi satu-satunya penjual produk yang unik, ia memiliki monopoly.1 murni Jika ada dua penjual produk sejenis, situasi adalah salah satu dari "duopoli." Jika ada beberapa, sebuah "oligopoli" ada. Kondisi ini dapat berkisar melalui berbagai tingkat oligopoli persaingan murni, di mana ada begitu banyak penjual produk yang sangat standar yang salah satu bisa menjual semua produk tanpa mempengaruhi permintaan. Persaingan murni hanya ditemukan di bawah kondisi ganda (a) sejumlah besar, dan (b) produk sempurna standar. Kondisi yang biasa Chamberlin anggap berada di daerah menengah, di mana beberapa unsur "monopoli" ada, dan yang dia sebut "persaingan monopolistik."
Inersia ekonomi dan gesekan yang "ketidaksempurnaan" yang ia tidak menganggap sebagai bagian dari "persaingan monopolistik."
Untuk Chamberlin, sebenarnya "kompetisi" 1 meliputi upaya pesaing untuk meningkatkan kekuatan monopoli mereka.
Jadi Chamberlin pusat-pusat pemikiran pada produk. Setiap produsen, di bawah "persaingan monopolistik," menghadapi persaingan dari "pengganti" produk yang tidak identik dan yang dijual oleh kekhawatiran lain dengan berbagai kebijakan harga, dan biaya penjualan. Ini hanya membatasi "monopoli" nya produk sendiri.

Kurva permintaan individu (atau penjualan) untuk produk yang satu penjual kemudian dianggap sebagai dipengaruhi oleh kebijakan pasar penjual individu lain yang produknya pengganti parsial. Total penjualan kelompok sebagian bersaing produk pengganti diperlakukan sebagai membatasi penjualan produk dari salah satu penjual. Di bawah "murni" Kompetisi (banyak penjual dan produk yang sama sekali standar) kurva permintaan horizontal (pendapatan rata-rata) akan ada untuk produk masing-masing pesaing individu. Ini berarti harga yang sama. Chamberlin berpendapat bahwa "murni" Kompetisi akan memaksa semua pesaing individu untuk mengobati keuntungan diferensial, atau sewa, biaya, sama seperti biaya lainnya
Chamberlin menekankan efek penilaian oleh salah satu penjual mengenai kebijakan saingannya ', kemungkinan pembalasan, dll Dia juga berpendapat bahwa biaya penjualan seperti iklan bukan bagian dari biaya produksi, tetapi dikeluarkan untuk meningkatkan penjualan produk tertentu; dan dengan demikian mereka mempengaruhi kurva permintaan. Sepanjang, ide dasarnya adalah bahwa, tidak peduli seberapa kecil, setiap diferensiasi produk penjual memberinya sejauh itu monopoli. Dan semua kondisi ini, umumnya ditemukan di pasar yang kompetitif, yang baik "kotoran" dalam sifat unsur monopoli, atau berhubungan dengan unsur-unsur tersebut. Mereka membuat "murni" Kompetisi mustahil.
Dan esensi dari "monopoli," dan karenanya "persaingan monopolistik," dipandang sebagai berbaring di perbedaan - (1) perbedaan kebijakan harga, (2) perbedaan sifat produk, dan (3) perbedaan seperti usaha penjualan pengeluaran iklan. Ini merupakan kontribusi dari Chamberlin untuk mengembangkan kedua dan ketiga variabel ini sebagai yang timbul dari campuran monopoli dan persaingan.

Chamberlin dimulai dengan satu perusahaan dan mengembangkan ide harga monopoli dan harga yang kompetitif seperti yang ditentukan oleh perpotongan kurva pendapatan atau penjualan dengan kurva biaya. Entah kurva penerimaan marjinal, atau kurva pendapatan rata-rata (dari mana ia berasal), dapat digunakan untuk menentukan output monopoli dan harga, mantan dengan memotong kenaikan kurva biaya marjinal, yang terakhir dengan metode Marshallian akrab pas daerah keuntungan maksimum antara itu dan kurva biaya rata-rata, yang meliputi sewa atau perbedaan dan dengan demikian sama dengan harga rata-rata.
Analisis terhadap ketiga variabel kemudian diperluas di luar perusahaan untuk kelompok penjual, yang dapat diambil sebagai sesuai dengan konvensional "industri," tergantung pada seberapa luas "kelas produk" dipahami dalam kasus tertentu. Kelompok ini dianalisis, pertama di bawah asumsi simetri (semua anggotanya diasumsikan memiliki biaya seragam dan kurva permintaan). Kemudian beberapa pertimbangan diberikan kepada apa yang mungkin terjadi jika "keragaman kondisi" ada. Jika biaya penjualan tidak besar, dan jika mereka mengurangi kemiringan kurva permintaan penjual, meningkatkan mereka dapat mengakibatkan harga yang lebih rendah. Variasi produk dapat menyebabkan baik output yang lebih kecil atau lebih besar. Keseimbangan Group (dengan "peringatan" pesaing) harus menghasilkan optimal sehubungan dengan semua variabel, dan tidak ada keuntungan di atas minimum yang diperlukan untuk setiap produsen.


Kesimpulan itu diambil bahwa dalam persaingan monopolistis harga keseimbangan lebih tinggi, dan volume output mungkin (tidak selalu) lebih rendah, daripada di bawah persaingan murni. Laba bersih perusahaan, bagaimanapun, mungkin atau mungkin tidak lebih tinggi daripada di bawah persaingan murni karena biaya yang diperlukan untuk mempertahankan unsur-unsur monopoli dan yang sering meningkat dengan perkalian dari produk pengganti sekitar monopoli. Chamberlin berpendapat bahwa persaingan monopolistik tidak perlu membawa keuntungan yang lebih tinggi untuk perusahaan marginal dalam suatu industri tertentu. Sebaliknya itu memungkinkan adanya sejumlah besar perusahaan membuat keuntungan normal.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS